Thifan merupakan bela diri yang dikembangkan para
dai dari perkampungan muslim china utara.
Telah ditinggalkan segala hal yang bertentangan dengan syar'i dan telah dipergunakan untuk berdakwah sekian lama
Hadirnya generasi muslim sudah menjadi dambaan dan kebutuhan bagi kemashlahatan kaum muslimin saat ini. Pembinaan pribadi-pribadi muslim yang terpadu menjadi kunci untuk membentuk generasi tersebut sehingga mereka mampu menjawab berbagai tantangan zaman. Konsep pembinaan yang terpadu tersebut harus mencakup semua sisi, baik dari sisi akal, ruh, maupun jasad. Keseimbangan ketiga sisi merupakan hal yang mutlak. Kekurangan atau ketimpangan dari salah satu sisi tersebut akan mempengaruhi sisi yang lain dan berpotensi menjadi kendala.
Sebagaimana dua sisi yang lain, Islam menaruh perhatian pada pembinaan jasad.
Di dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:
Dan siapkanlah bagi mereka apa yang kamu sanggupi dari kekuatan(Q.S. Al-Anfal:60)
Dalam sejarah, Rasulullah SAW dan para shahabatnya mencontohkan bagaimana mereka melakukan pembinaan jasadiyah. Mereka terbiasa melakukan aktifitas berkuda, memanah, berlatih pedang, bergulat, dsb.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah SWT dari mukmin yang lemah
Selain memiliki akhlaq yang mulia, ibadah yang tekun dan kecerdasan, Rasulullah dan para shahabatnya adalah orang-orang yang memiliki keterampilan fisik yang luar biasa. Seorang jago gulat di Mekkah pernah menantang Rasulullah dan mengatakan bahwa tidak pernah ia bergulat selelah itu saat bergulat dengan Rasulullah. Umar bin Khattab pernah bergulat dengan beberapa orang dari pagi sampai sore, sedangkan Saad bin Abi Waqas mahir memanah dan Ali bin Abi Thalib merupakan sahabat yang mahir memainkan pedang.
Telah ditinggalkan segala hal yang bertentangan dengan syar'i dan telah dipergunakan untuk berdakwah sekian lama
Hadirnya generasi muslim sudah menjadi dambaan dan kebutuhan bagi kemashlahatan kaum muslimin saat ini. Pembinaan pribadi-pribadi muslim yang terpadu menjadi kunci untuk membentuk generasi tersebut sehingga mereka mampu menjawab berbagai tantangan zaman. Konsep pembinaan yang terpadu tersebut harus mencakup semua sisi, baik dari sisi akal, ruh, maupun jasad. Keseimbangan ketiga sisi merupakan hal yang mutlak. Kekurangan atau ketimpangan dari salah satu sisi tersebut akan mempengaruhi sisi yang lain dan berpotensi menjadi kendala.
Sebagaimana dua sisi yang lain, Islam menaruh perhatian pada pembinaan jasad.
Di dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:
Dan siapkanlah bagi mereka apa yang kamu sanggupi dari kekuatan(Q.S. Al-Anfal:60)
Dalam sejarah, Rasulullah SAW dan para shahabatnya mencontohkan bagaimana mereka melakukan pembinaan jasadiyah. Mereka terbiasa melakukan aktifitas berkuda, memanah, berlatih pedang, bergulat, dsb.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah SWT dari mukmin yang lemah
Selain memiliki akhlaq yang mulia, ibadah yang tekun dan kecerdasan, Rasulullah dan para shahabatnya adalah orang-orang yang memiliki keterampilan fisik yang luar biasa. Seorang jago gulat di Mekkah pernah menantang Rasulullah dan mengatakan bahwa tidak pernah ia bergulat selelah itu saat bergulat dengan Rasulullah. Umar bin Khattab pernah bergulat dengan beberapa orang dari pagi sampai sore, sedangkan Saad bin Abi Waqas mahir memanah dan Ali bin Abi Thalib merupakan sahabat yang mahir memainkan pedang.
Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan
apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah, musuhmu dan
orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah
mengetahuinya. Apa saja yang
kamu nafkahkan pada
jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak
akan dianiaya (dirugikan) (QS al
an faal : 60)
Sejarah Thifan Po Khan
Kita ketahui bahwa
hampir setiap jenis beladiri mempunyai cerita atau riwayat
masing-masing, hanya saja munculnya riwayat tersebut terkadang sangat
sulit untuk dibuktikan secara ilmiah.
Hal ini terjadi di antaranya karena riwayat ataupun sejarah munculnya beladiri, mungkin tidak menjadi perhatian khusus bagi para ahli sejarah manapun untuk diungkap secara tertulis, atau mungkin baru dirintis pada awal abad modern sekarang ini, itupun masih sangat terbatas sekali.
Kalaupun hendak diadakan penelitian yang sesuai dengan metode ilmiah, yang berkaitan dengan penelusuran sejarah munculnya suatu beladiri, maka akan menemukan berbagai kesulitan untuk mendapatkan bukti-bukti dan kesaksian-kesaksian tentang kejadian masa dahulu dan kini.
Hal ini dapat dimaklumi penulis, karena dalam dunia beladiri ada hal-hal yang bisa diketahui oleh umum, tetapi ada pula yang ‘rahasia’, yang hanya diketahui oleh para pelaku/pendiri dan murid-murid utamanya, ada yang terkitabkan dan ada pula yang tidak, dan ini pun bertingkat-tingkat, persis seperti yang digambarkan dalam bentuk film-film, buku-buku cerita ataupun komik-komik, bagaimana kisah-kisah para pendekar dahulu ataupun sekarang, sangatlah ketat dalam menerima murid yang hendak belajar, karena memang para pendiri itu merasakan betapa susahnya ketika mendapatkan ilmu beladiri tersebut.
Rahasia yang dimaksud di sini adalah teknik-teknik andalan dalam berjurus ataupun ilmu-ilmu dalam/batin yang dimiliki beladiri tersebut memang harus disembunyikan. Hal ini bisa dimaklumi karena sesuai dengan filosofi ilmu beladiri bahwa ilmu beladiri itu diciptakan untuk membeladiri dari serangan/gangguan lawan artinya diusahakan tidaklah sedikitpun lawan itu bisa mengetahui ‘rahasia’, sebab jika lawan sudah mengetahui ‘rahasia’ ilmu beladiri tersebut, maka namanya tidak lagi beladiri tetapi berubah menjadi ‘menyerahkan diri’.
Uraian ini sengaja penulis ungkapkan karena sesuai dengan apa yang dialami penulis ketika hendak menuliskan riwayat/sejarah munculnya beladiri Shurulkhan Nie Thifan Po Khan. Tetapi tidak juga berarti penulis hendak berlaku seperti seorang peneliti sejarah, karena banyak sekali instrumen yang tidak dimiliki oleh penulis, di antaranya adalah literatur-literatur yang sangat minim.
Walaupun demikian tidaklah menjadikan pesimis bagi penulis, karena ada hal-hal tertentu yang pasti bisa disimak oleh siapa pun khususnya bagi para pecinta beladiri, yaitu adanya teknik-teknik/gerakan-gerakan yang khas yang ada pada berbagai jenis beladiri tersebut, dan hal ini secara nyata bisa kita saksikan dalam berbagai perguruan-perguruan beladiri yang ada di sekitar kita, terlepas dari asli atau tidaknya beladiri tersebut.
Karena kekhasan itulah yang juga bisa membedakan antara beladiri yang satu dengan yang lainnya. Hal ini adalah sebagai bukti awal bagi penulis bahwa ilmu beladiri tersebut memang pernah eksis atau ada.
A. Awal Perkembangan Thifan Po Khan
Thifan adalah nama suatu daerah di Negeri Turkistan Timur, daerah jajahan China yang kemudian diganti namanya menjadi Sin Kiang, yang artinya Negeri Baru (Lihat Turkistan: Negeri Islam Yang Hilang, DR. Najib Kailany). Namun kalau kita simak dalam peta dunia, yang akan kita temukan adalah nama Turfan, daerah otonomi yang termasuk dalam wilayah China Utara.
Turkistan Barat dijajah oleh Rusia yang memasukkannya ke dalam wilayah Uni Sovyet. Sebelum Islam datang ke daerah ini, beberapa suku asli seperti Tayli, Kimak, Doghan, Oirat, Kitan, Mongol, Naiman, dan Kati telah memiliki sejenis ilmu beladiri purba berbentuk gumulan, sepak tinju dan permainan senjata yang dinamakan "kagrul", yang dipadukan dengan pengaturan napas Kampa.
Dakwah Islam mulai disebarkan di Turkistan kira-kira pada dua abad setelah hijriah, sebagaimana tertulis dalam Kitab Zhodam :
"Maka tatkala sampailah dua abad lepas hijrah orang-orang sempadan tanah China arah utara itu masuk Islam. Lalu ilmu pembelaan diri masa mereka memeluk Budha itu dibawanya pula dalam alam Islam, tetapi ditinggalkannya segala upacara yang bersangkut paut dengan kebudhaannya seumpama segala penyembahan, cara bersalam dengan mengatupkan kedua belah tangan, lambang-lambang, dan segala istilah."
(ZHODAM, Telif Syiharani, halaman 9).
Menurut M. Rafiq Khan dalam bukunya "Islam di Tiongkok", mengatakan sebagai berikut :
“Orang Muslim pertama yang datang di Tiongkok ialah dalam zaman pemerintahan Tai Tsung, kaisar kedua dari dinasti Tang (627-650 Masehi). Jumlah mereka ada empat orang, seorang berkedudukan di Kanton, yang kedua di kota Yang Chow, yang ketiga dan yang keempat berdiam di kota Chuang Chow. Orang yang mula-mula mengajarkan Islam ialah Saad bin Abi Waqqas, yang meletakkan batu-batu pertama mesjid Kanton yang terkenal sekarang sebagai Wai-Shin-Zi, yaitu Mesjid untuk kenang-kenangan kepada Nabi”
Dituliskannya pula bahwa selama Pemerintahan Tai Chong (Kaisar ke-2 dari Dinasti Tsung tahun 960-1279 Masehi) Tiongkok diserbu oleh penguasa Muslim dari Kashgharia, yaitu Baghra Khan beserta pasukannya, lalu menduduki Sin Kiang (Simak : Islam di Tiongkok; M. Rafiq Khan dan Sejarah Da’wah Islam; Thomas W. Arnold).
Hal ini disepakati oleh seorang China ahli sejarah terkenal yang bernama Prof. Chin Yuan menyatakan bahwa orang-orang Islam mengirimkan utusan-utusan mereka ke Tiongkok dalam tahun 651, utusan-utusan itu bertemu dengan Kaisar Tiongkok di Changan (Sianfu), ibukota Tiongkok pada waktu itu. Pada tahun 713 M. perbatasan barat Tiongkok dikuasai oleh seorang jenderal Arab yang terkenal bernama Qutaiba bin Muslim, pada waktu itu ia telah menaklukkan daerah yang luas di Asia Tengah dan namanya sangat ditakuti.
Dari uraian di atas dapat dilihat bagaimana hubungan atau interaksi antara dakwah Islam dengan tumbuhnya berbagai macam beladiri di kawasan Tiongkok, sehingga terjadi pula Islamisasi beladiri. Sesuai dengan bahasa Urwun yang merupakan bahasa asalnya, Thifan Po khan berarti "Kepalan Tangan Bangsawan Thifan". Beladiri ini mempunyai riwayat tersendiri yang khas sebagaimana diceritakan dalam kitab yang bernama Zhodam.
B. Bagan Asal-Usul Thifan Po Khan
A. Ilmu pembelaan diri purba (Kagrul) bercampur kumfu China Purba
B. Kumfu China Purba, Kampahana, Tomosozhu, Yoga, Dahtayana (Shorim Shaolin)
C. Ilmu Gulat Mogul, Tatar, Saldzyuk, Silat Kitan, Tayli.
D. Shurul Khan
1. Naimanka (suku)
2. Kraitdsyu (suku)
3. Suyi (orang)
4. Syirugrul (orang)
5. Namsuit (orang)
6. Bahroiy (orang)
7. Tae Fatan (suku)
8. Orluq (rajawali)
9. Payuq (orang)
Kemudian digubah, ditambah ditempa, dicampur, lalu dipilih, diteliti, dikaji, maka muncul cikal bakal THIFAN
Bagan di atas dapat diuraikan lagi secara lebih terinci. Pada awalnya ada sejenis cara pembelaan diri purba berbentuk gumulan, sepak tinju dan permainan senjata yang disebut Kagrul, bercampur Kumfu China Purba. Dulu, adalah seorang pendeta Budha bernama Ponitorm/Tamo Sozhu/Tatmo/Darma Taishi yang berasal dari Hindustan. Dia mengembara ke China untuk menyebarkan ajarannya.
2. Kraitdsyu (suku)
3. Suyi (orang)
4. Syirugrul (orang)
5. Namsuit (orang)
6. Bahroiy (orang)
7. Tae Fatan (suku)
8. Orluq (rajawali)
9. Payuq (orang)
Kemudian digubah, ditambah ditempa, dicampur, lalu dipilih, diteliti, dikaji, maka muncul cikal bakal THIFAN
Bagan di atas dapat diuraikan lagi secara lebih terinci. Pada awalnya ada sejenis cara pembelaan diri purba berbentuk gumulan, sepak tinju dan permainan senjata yang disebut Kagrul, bercampur Kumfu China Purba. Dulu, adalah seorang pendeta Budha bernama Ponitorm/Tamo Sozhu/Tatmo/Darma Taishi yang berasal dari Hindustan. Dia mengembara ke China untuk menyebarkan ajarannya.
Dalam pengembaraannya sampailah ia ke kawasan Liang yang diperintah oleh Raja Wu, karena terkena fitnah ia melarikan diri dan sampai di Bukit Kao, di sana ia merenung selama 9 tahun. Menyadari murid-muridnya sering mendapat gangguan, baik dari binatang buas, manusia, atau penyakit yang mengakibatkan kurang lancarnya misi penyebaran agama Budha, maka ia pun menyusun suatu rangkaian gerak pembelaan diri seperti tersebut di atas.
Campuran Kumfu China Purba dengan Kampahana Tinju Hindustan yang diatur dengan jalan pernapasan Yoga Dahtayana membentuk Shourim Kumfu/Shaolin Kungfu di wihara-wihara.
Pengkajian beladiri ini disusun dalam Kitab I Zen Zang serta ilmu
batinnya dalam Kitab Hzen Souzen. Sampai di sini ada kesamaan sejarah
dengan beladiri lain seperti Shorinji Kempo, Karate, dan lain-lain, yang
masih satu sumber.
Aliran Shourim terus berkembang ke arah utara China dan memasuki daerah orang Lama (Tibet) dan orang Wigu (Turki). Di sana aliran Shourim ini pun pecah menjadi berpuluh-puluh cabang. Setiap cabang pun berkembang dan terpengaruh alam tempat pertumbuhan aliran tersebut. Pecahnya aliran ini disebabkan Dinasti yang berkuasa tidak menyukai orang Shourim.
Tersebutlah seorang bangsawan bernama Je'nan dari Suku Tayli yang pandai ilmu Syara dan terkenal sebagai ahund (ustadz atau guru) muda. Je'nan menghimpun ilmu-ilmu beladiri itu dan ia pun berguru pada pendekar Namsuit serta orang-orang Wigu. Bersama para pendekar Muslim lain yang memiliki keahlian ilmu Gulat Mogul, Tatar, Saldsyuk, Silat Kitan, Tayli, mereka pun membentuk sebuah aliran bernama Shurul Khan.
Dari Shurul Khan inilah terbentuk sembilan aliran seperti yang tersebut di atas. Aliran-aliran ini kemudian digubah, ditambah, ditempa, dialurkan, lalu dipilah, diteliti dan dikaji sebagai cikal bakal munculnya Thifan. Pada masa itu pengaruh Islam sudah masuk ke dalam beladiri ini.
C. Jurus dan Gerakan Thifan Po Khan
1. Jurus-jurus persiapan : diambil dari sepak tinju suku Wigu.
2. Tingkat Dasar : diambil dari gerakan campuran berbagai gerakan binatang dari cerita Pendekar Namsuit.
3. Jurus-jurus Turaiyt : diambil dari ilmu perkelahian Pendekar Mogul, Nana Fun.
4. Jurus-jurus Bergulat : diambil dari gerakan orang Turki, Tatar, Monsyu, Saldsyuk dan Kay suku Pantai.
5. Langkah (Tusyug) : diambil dari gerakan sebelas suku di daerah Thifan yaitu suku-suku selatan di China.
6. Khimo : diambil dari siasat suku Kitan, Tayli, Shourim, dan binatang.
7. Jurus-jurus Konlut : diambil dari gerakan unggas berkelahi, bertahan, dan lain-lain.
8. Fuen Lion : diambil dari gerakan berbagai jenis binatang cengkrik, ular, kelelawar, dan lain-lain.
9. Tawgi Kotlu : diambil dari gerakan binatang, pembelaan diri Tatar, Saldsyuk, China dan berbagai jenis Kungfu Purba Tezi dan Szanding.
10. Badur : diambil dari Aliran Tayakan Suku Mutang, Binatang Laut, Bentuk Bunga, Lilin, Selendang dari Tayli, Gerakan Suku Kitan, Mongol, Doghan dan China.
Seluruh gerakan itu diubah untuk melengkapi Shurul Khan. Selain ilmu tersebut di atas, dalam materi pelajaran beladiri ini juga diajarkan ilmu Awasin Al Kay dari Arab, tusuk jarum dari China, tusuk saraf dari Persia, dan lain-lain, juga permainan senjata seperti Toya, Shourim, Kungfu purba, permainan pedang Kurdi, permainan panah Mongol, permainan senjata Keway dari Anak Suku Wigu, serta ilmu Senzho yang merupakan gubahan berbagai suku. Karena itu Shurul Khan Thifan Po Khan termasuk aliran yang lengkap, karena segala aliran ada di dalamnya.
Inti materi latihan Thifan Po Khan dibagi menjadi enam bagian, yaitu :
1. Sentai (Senam)
Senam merupakan latihan dasar yang penting, karena mendukung jurus-jurus lain yang diajarkan kemudian. Senam tersebut meliputi : senam kepala (leher), bahu, tangan, jari, perut, pinggang, dan kaki. Ketujuh komponen tubuh inilah yang mendukung seseorang dalam melakukan gerakan serangan maupun bertahan.
2. Tawe (jurus)
Jurus dibagi menjadi :
a. Teknik Jurus : Tangan kosong (teknik kepalan dan tangan terbuka yang terkumpul dalam 2028 jurus), serta permainan senjata (sekitar 20 jenis yang terkumpul dalam 5028 jurus)
b. Teknik penggunaan jurus. Semua anggota badan bisa dijadikan senjata seperti kepala, sikut, tangan, lutut, telapak kaki, dan sebagainya. Tangkisan bisa dilakukan dengan tangan dan kaki, sedangkan teknik serangan dibagi menjadi 5 macam :
1) menyerang dengan teknik merapat
2) memanfaatkan tenaga lawan
3) mengimbangi tenaga lawan
4) menggunakan jarak/jangkauan
5) menggunakan teknik bertubi-tubi
3. Tusyug (langkah)
Langkah kira-kira ada 164 macam cara melangkah yang intinya ada 5 cara, yaitu :
a. geser
b. patah
c. lompat
d. putar
e. pilin
4. Sikla (pasangan)
5. Khimo (tipuan)
Khimo dibagi menjadi 5 jenis
a. khimo langkah
b. sikla khimo
c. khimo yang berbentuk jurus
d. khimo tangkisan
e. khimo senjata
6. Teknik pernapasan binatang buas
Ada 12 tingkat jenjang latihan yang berlaku di Thifan Po Khan. Setiap tingkat memakan waktu sekitar satu tahun. Namun ada juga program khusus, tergantung pada kemajuan murid. Pada program ini waktu bisa lebih dipersingkat.
D. Ciri Khas Thifan Po Khan
Salah satu ciri khas beladiri Thifan adalah teknik pembelaan diri yang selalu membiarkan lawan terlebih dahulu menyerang. Dengan demikian gerakan lawan dapat diamati, apakah mematikan atau tidak, kemudian teknik yang digunakan lawan tersebut digunakan untuk balik menyerangnya.
Untuk mencapai tahap kemampuan seperti tersebut di atas, ada dua hal pokok yang harus dimiliki :
1. Ketenangan
Ketenangan dapat dicapai jika dua unsur pokok dalam diri manusia dapat dipadukan dengan selaras, yaitu Unsur Jasadiyah yang terlatih dengan baik dan Unsur Ruhiyah yang terbina dalam pemahaman aqidah yang shahih.
2. Kelincahan.
Kelincahan didapat dengan melatih teknik-teknik yang ada dalam jurus-jurus Thifan secara tertib, disiplin dengan target sesuai dengan jenjang tingkatnya.
Kaidah-kaidah yang terdapat dalam Kitab Thifan Po Khan harus dilaksanakan sebagaimana adanya. Artinya, tidak boleh menambah-nambah tanpa ilmu yang jelas karena dalam beladiri kita bergerak menggunakan sistem otot, saraf, dan lain-lain.
Jadi apabila salah bergerak, bukannya sehat yang didapat tetapi sebaliknya, akan mengakibatkan sakit. Sebagai contoh, penyakit hernia dapat diakibatkan oleh latihan pernapasan yang salah.
E. Tradisi Lanah-lanah Thifan Po Khan
Tradisi yang diajarkan di lanah-lanah atau lembaga pesantren dengan doktrin Thifan Po Khan, di antaranya adalah :
1. Tidak menyekutukan Allah, tidak percaya pada takhayul, khurafat, dan tidak berbuat bid'ah dalam syara.
2. Berusaha amar ma'ruf nahi munkar (mengajak berbuat kebajikan dan melarang berbuat kemungkaran).
3. Bertindak teliti dan tekun mencari ilmu.
4. Tidak menganut asas ashobiyah (kesukuan, atau kelompok).
5. Tidak menggunakan lambang-lambang, upacara-upacara, dan penghormatan-penghormatan yang menyalahi syara.
Adanya doktrin ini disebabkan karena pada hampir semua beladiri terdapat paham agama/isme tertentu yang muncul dari adat/kepercayaan. Beladiri ini adalah beladiri khas muslim yang diwakafkan untuk umat Islam yang mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah.
F. Perkembangan di Indonesia
Pada masa Sultan Malik Muzafar Syah dari Kerajaan Lamuri yang hidup sekitar abad ke-16 didatangkan pelatih-pelatih dari Turki Timur yang kemudian disebarkan ke kalangan para bangsawan di Sumatera (dapat dilihat dalam Kisah Raja-raja Lamuri/Raja Pasai).
Pada abad ke-18 Tuanku Rao dan kawan-kawan mengembangkan ilmu ini ke daerah-daerah Tapanuli Selatan dan Minang, hingga tersebar ke Sumatera bagian Timur dan Riau yang berpusat di Batang Uyun/Merbau. Kemudian, sekitar tahun 1900-an ilmu ini dibawa oleh Tuanku Haji (Hang) Uding yang menyebarkannya ke daerah Betawi dan sekitarnya.
Beladiri khas ini pun disebarkan oleh orang-orang Tartar ke pulau Jawa sambil berdagang kain. Sedangkan di luar pulau Jawa lainnya ilmu beladiri ini disebarkan oleh pendekar-pendekar lainnya sampai ke Malaysia dan Thailand Selatan (Patani).
Masuknya Thifan ke pulau Jawa ada yang langsung dan tidak langsung. Khususnya di Jawa Barat, Thifan Po Khan dikembangkan/diteruskan oleh aliran Tsufuk atas bimbingan Ustadz A.D. El Marzdedeq.
Perlu diketahui, bahwa aliran Tsufuk ini muncul ketika masuknya Thifan Po Khan ke Indonesia dengan sistem pengajaran dalam bentuk yang tidak baku, disebabkan penyebarannya masih terbatas.
Karena besarnya animo kaum muslimin untuk mempelajari beladiri Thifan Po Khan, maka aliran Tsufuk membentuk sistem pengajaran yang baku tanpa meninggalkan kaidah-kaidah Thifan Po Khan yang benar.
Demikianlah sedikit uraian singkat tentang beladiri Shurul Khan Nie Thifan Po Khan, penulis merasa uraian ini masih banyak kekurangannya, walaupun demikian ada hal lain yang lebih pokok adalah bahwa tulisan ini merupakan informasi tambahan wawasan bagi kaum muslimin di seluruh penjuru tanah air.
0 komentar:
Posting Komentar