.

.

Muhammad : 7

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik [Al-Imran : 110]

As-Shof : 4

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.[As-Shof : 4]

Bergerak atau Tergantikan

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”

Hidup Mulia atau Mati Syahid

Ketika Kau Lahir di Dunia dengan Tangisan, Dunia Gembira Riang Menyambutmu. Ketika Kau Gugur sebagai Pahlawan, Dunia Mengangisimu, Namun Ruhmu gembira menyambut Syurga-Nya

Kita adalah Penyeru

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik [Al-Imran : 110]

Minggu, 10 Juni 2012

Rohis Dahulu dan Sekarang

Tersirat dalam fikiran, untuk menulis artikel ini. Semoga dapat memotivasi kita selalu dalam menjalankan kebaikan. “Masa Muda, Masa yang Berapi-api”,itulah yang dinyanyikan oleh Bang Haji Oma Irama. Masa-masa muda adalah masa emas dan kenangan yang paling berharga. Apalagi ketika kita di sekolah. Alhamdulilah, kini kita “tersesat” dalam kebaikan. Ya, disebuah tempat yang sangat luar biasa. Bertemu dengan orang-orang yang luar biasa, entah itu dari teman seangkatan, kakak kelas, atau alumninya yang tetap ceria membimbing kami. Itulah Rohis.

Ketika kami dulu di rohis, sangat luar biasa yang kami dapatkan. Ketika membuat sebuah acara, kami rapat (syuro) setelah pulang sekolah, walaupun terkadang banyak tugas yang menghampiri. Terkadang kami masih canggung untuk rapat, karena belum terbiasa. Tapi karena dibiasakan, akhirnya kamipun menikmati rapat itu. Karena kami yakin “Kejahatan yang Terorganisir dapat mengalahkan Kebaikan yang Tak Terorganisir”. Oleh karena itu, serapih mungkin kami mengonsepkan acara yang akan dijalankan. Terkadang kami meminta usulan kepada kakak kelas yang baik-baik, juga terkadang meminta pertimbangan dan bantuan dari para kakak alumni Rohis. Alhamdulillah, mereka semua bekerja dengan sangat ikhlas. Karena tidak mengharapkan imbalan sedikitpun dari kami selain mengharap Ridho Allah. Mereka hanya mengharapkan dapat membina adik-adik kelasnya menjadi lebih baik. Seperti mereka dahulu yang seperti itu juga. Tersesat dalam kebaikan.


Rohis Dahulu Para aktivis Rohis zaman dahulu itu memang sangat luar biasa. Teringat sebuah kisah Rohis di sebuah SLTA di Jakarta, yaitu Kisah Jilbab. Sudah tahu belum? Ceritanya begini :

Lepas Jilbab atau Lepas Sekolah? 

Ketika tahun 1980-an, di SLTA/SMK itu tidak diperbolehkan untuk memakai Jilbab/Kerudung bagi para perempuan. Bahkan guru Agama Islam pun melarangnya. Akan ada ancaman dari pihak sekolah. Pernah ada sebuah kasus, dua orang pelajar perempuan yang memakai jilbab, namun ketika sekolah tahu, kedua perempuan itu dipanggil oleh sekolah. Sebut saja inisialnya F dan W. Sekolah memberi dua opsi, yang pertama “Lepas Jilbab” dan kedua “Lepas Sekolah”. Dalam kondisi bingung seperti itu, kedua perempuan itupun GALAU. Singkat cerita, F memutuskan untuk melepas jilbabnya, karena tak mau meninggalkan sekolahnya. Namun tidak begitu dengan W,dia lebih memilih untuk melepas Sekolahnya dari pada menjatuhkan kehormatannya sebagai Seorang Muslimah. Akhirnya, W pun dikeluarkan dari sekolahnya (salah satu sekolah negeri di Jakarta). Pada saat itu, teman-teman rohisnya saling membantu untuk membiayai dana pindah sekolah si W. Karena pada saat itu, hanya satu sekolah yang dapat menerima siswinya berjilbab, itupun swasta. Tapi alhamdulillah yang penting dia dapat mempertahankan identitasnya sebagai Muslimah. Sungguh sangat kuat ukhuwah antar mereka demi menolong temannya yang kesusahan.

Revolusi Jilbab

Jiwa-Jiwa Perindu Syurga adalah Jiwa-Jiwa yang selalu Menghadirkan Wajah-Wajah saudaranya disetiap Renungan Malam.. Dalam Renungan itu terurai sebuah cita-cita.. Sebuah cita-cita untuk Bertemu kembali di SyurgaNya kelak.. Itulah sebuah pertemuan yang indah. Cerita lagi, ketika Revolusi Jilbab. Pada tahun 1990-an, siswi yang mau foto untuk ijazah tidak diperkenankan untuk memakai jilbab. Itu sangat tidak adil. Berbagai larangan dikeluarkan dari sekolah. Banyak diantara para muslimah yang melepas jilbabnyya hanya untuk mendapat ijazah. Tapi banyak punya diantara mereka yang tetap mempertahankan jilbabnya. Tapi apa? Mereka tidak dapat ijazah sebelum melepas jilbabnya untuk Foto. Akhirnya, terjadilah aksi besar-besaran dari salah satu organisasi pelajar muslim yang membela advokasi ini, yaitu KAPMI (Kesatuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia) dan beberapa leburan organisasi pelajar. Singkat cerita, akhirnya dari berbagai Rohis kumpul menjadi satu untuk membela yang “haq”. Dan dengan izin Allah,akhirnya terjadilah Revolusi Jilbab. Jilbab boleh digunakan saat ijazah. Bahkan sekarang semakin banyak muslimah yang memakai jilbab. Mereka sangat bersyukur atas nikmat ini. Namun, Kok sekarang banyak para siswi yang menyalahgunakan jilbab itu sendiri ya? Bukan lagi sebagai kewajiban agama dan kebutuhan, tapi sebagai Mode Zaman. Astaghfirullah.  

Rohis Vs Rokris

Kejadian ini terjadi disebuah sekolah swasta daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Rohis disana banyak pertentangan dan cobaan. Bahkan ketika rapat rohis di sekolah itu pernah diganggu oleh Rokris (Rohani Kristen). Musholahnya pernah diserang dan barang-barang musholah pernah hancur berantakan. Perkelahian antara Rohis dan Rokris pun pernah terjadi, bahkan sering. Pernah juga saat Rohis mau dibekukan diawal tahun. Karena ada fitnahan (sesat,pelarangan berjilbab,aliran baru, dll) dan banyak anggota Rohis yang diancam. Namun, Allah berkehendak lain. Sekolah memberikan waktu singkat, kalau tidak ada yang daftar Rohis dengan jumlah minimal 10 orang, maka Rohis dibekukan. Sungguh cobaan Allah selalu menghampiri untuk menempa kita menjadi pribadi yang spesial. Pagi itu masih terbesit dalam ingatan ketika waktu hampir habis. 1 jam lagi maka selesailah semua. Saat itu sedikit orang sahabat perjuangan di Rohis. Sang Ketua Rohis pun mengambil andil sebagai kapten perjuangan. Tak lebih dari sepuluh orang mereka berjuang mempertahankan Rohis di sekolahnya. Tapi mereka tak putus asa. Munculah sebuah Pertolongan Allah. Beberapa menit sebelum waktu habis, seluruh kelas 3 turun dari kelas (kira-kira sekitar 100 orang lebih), mendeklarasikan diri mereka untuk masuk Rohis dengan membentangkan sebuah spanduk yang dibuat sendiri. Bertuliskan “KAMI ADALAH ANAK ROHIS”. Subhanallah, semenjak pristiwa itu, Rohis kembali dipandang. Para siswi kini dengan asyik dapat memakai jilbab mereka. Usahanya tak dilakukan di sekolahnya saja. Kini usahanya berbuah manis. Setelah kejadian tersebut, akhirnya banyak siswa dan siswi muslim yang masuk rohis. Mereka masuk rohis rata-rata karena alasan, “Ingin Membela Agama Allah”. Subhanallah.  

Ikhwan dan Akhwat Tangguh

Pada suatu hari terdapat sebuah acara Dauroh Perekrutan yang diadakan oleh KAPMI bertempat di Puspitek, Tanggerang. Mereka biasa menyebutnya Dauroh Marhalah (DM). Namun ada tingkatannya, ada Dauroh Marhalah I hingga III. Pada saat itu sedang dilaksanakannya Dauroh Marhalah II Susulan yang bertempat di Masjid Puspitek, Tanggerang (2010). Hujan deraspun terus membasahi bumi Tanggerang. Para peserta tetap bergegas menuju lokasi DM untuk menjadi bagian dari pejuang dakwah pelajar dalam organisasi tersebut. Namun ada suatu yang berbeda. Seorang akhwat rela berjalan kaki dari Depok menuju Puspitek untuk mengikuti Dauroh tersebut. Karena tidak punya sepeser uang pun. Bukan hanya sekali saja dia melakukan hal tersebut, tapi sudah menjadi kebiasaannya ketika tidak memiliki uang untuk berjalan kaki menuju lokasi Dauroh. Ada juga kisah seorang ikhwan (KAPMI) yang menuju tempat syuro menggunakan sepeda. Padahal jaraknya cukup jauh (Jakarta Utara ke Jakarta Selatan, Alhikmah). Ya, memang lagi-lagi karena tidak memiliki uang untuk ongkos berangkat ke tempat syuro. Namun ada kendaraan setianya (sepeda yang sudah rapuh)yang siap menghantarkannya menuju lokasi syuro.  

Umarnya Rohis

Dalam sebuah acara Dauroh, seorang pembicara menceritakan tentang pengalamannya dahulu ketika berjuang di Rohis daerah Blok A, Jakarta Selatan. Seorang preman sekolah yang mendadak taubat dan akhirnya masuk ke dalam Rohis karena Hidayah Allah. Padahal dia adalah Preman yang sangat ditakuti. Dalam setiap tawuran, posisi dia selalu di depan barisan, menjadi garda terdepan. Sebut saja namanya A. Banyak orang yang bingung dan heran. Sebuah kejadian yang sangat luar biasa ketika ada jundi Rohis yang sedang dihina oleh orang-orang yang tidak sedang terhadap Rohis. Ketika mendengar kabar tersebut, si A langsung bergegas menuju tempat lokasi. Dengan menggedor Pintu, orang-orang di lokasi tersebut sangat kaget karena takut terhadap Sang Preman tersebut. Dengan gagah si A menantang mereka dan memperingatkan agar jangan sekali-kali menggangu anak Rohis lagi. Setelah kejadian tersebut, Ia dijuluki “Umarnya Rohis”. Namun setelah lulus beberapa tahun, terdengar kabar bahwa si A telah di jemput oleh Allah karena tragedi kecelakaan maut. Kabar ini sangat menusuk dan mengharukan bagi teman-temannya.Semoga Allah memberkahi dan meridhoi langkahnya. Aamiin.

 Rohis Sekarang....???

Masih adakah semangat pejuang-pejuang rohis terdahulu yang tertanam dalam diri pejuang rohis zaman sekarang? Mungkin ada beberapa, namun tak sebanyak dan tak sebanding dengan perjuangan zaman dahulu. Banyak permasalahan rohis yang dihadapi pada zaman modern ini. Padahal fasilitas sudah lengkap. Padahal birokrasi sudah lebih sederhana. Padahal perizinan sudah sangat mudah. Bahkan dana pun juga mudah didapatkan. Namun mengapa semangat perjuangan itu kini kian hari kian memudar? Banyak sekolah-sekolah yang sudah mulai menutup diri untuk rohis (mungkin salah satu efek dari isu aliran sesat NII dan teman-temannya yang menunjuk rohis sekolah). Bukan dari faktor eksternal saja, namun faktor internalpun sangat berpengaruh. Seperti semangat dakwah yang di keluarkan kini seperti tidak beraura, mentoring yang kian menurun (bahkan banyak rohis yang sudah tak berjalan lagi mentoringnya), hijab yang kian memprihatinkan (Virus Merah Jambu “VMJ”), penjodohan antar ikhwan-akhwat rohis, akademik yang menurun, berpecahnya organisasi-organisasi pemersatu rohis, masuknya fikroh-fikroh yang menjatuhkan rohis, dan masih banyak lagi.

Semua itu bermula dari kondisi iman yang tak baik. Padahal ketika kita ingin mengeluarkan energi yang banyak, maka kita harus mengisi bensin yang banyak pulan. HP pun perlu di cas ketika baterai nya mulai habis. Ya.. Bahan bakar itu adalah Iman. Melalui mentoring diharapkan iman kita selalu terkontrol. Namun nyatanya banyak Rohis-Rohis yang mulai kurang intens terhadap mentoring. Bahkan tak ada lagi kegiatan mentoring di beberapa sekolah. Hanya ada acara-acara rutinan saja (Dauroh, Rihlah, Tafakur Alam, Potong Kurban, Kegiatan Ramadhan, Lomba-Lomba, dll) di dalam rohis. Sepertinya banyak rohis yang kehilangan arah dan “Ruh”nya. Uluran tangan dari alumni Rohis juga kini dirasakan sangat kurang. Bahkan banyak yang mengabaikannya (tak peduli).

Ini merukapan momen yang tak disia-siakan oleh musuh-musuh Islam. Mereka terus berfikir dan bekerja untuk menjauhkan pemuda Islam jauh dari ajaranNya. Terbukti dengan meningkatnya peringkat pornografi Indonesia menjadi nomer satu di dunia. Peringkat kasus korupsi pertama adalah Departemen Agama. Pacaran juga semakin formal, bahkan banyak orang tua yang menyuruh dan membiarkan anak-anaknya untuk berbuat maksiat. Lebih senang menikmati lantunan Musik GALAU dari pada Ayat-Ayat Allah. Inilah yang disebut Perang Pemikiran (Ghozwul Fikr). Namun disaat ini terjadi, masih ada saja pejuang-pejuang yang tetap melakukan perubahan. Mungkin sebuah perubahan kecil, tapi suatu saat akan besat dan berpengaruh untuk kemajuan dakwah sekolah ini. Mereka tetap berupaya istiqomah dan selalu memohon kepada Allah untuk berjuang di Jalan kebenaran disaat teman-temannya terlena dengan gemerlapnya dunia yang fana. Dahulu para pejuang Rohis di uji dengan “peluru timah”, namun mereka semakin kuat dan tak kenal menyerah untuk berjuang bersama menyerukan Kalimatullah. Namun kini, para pejuang Rohis di uji dengan “angin” yang melenakan. Semakin lembut angin-angin tersebut, semakin membuat mereka terlena dan jatuh. Diuji dengan kemegahan fasilitas, perizinan yang mudah, birokrasi yang tak berbelit-belit, donatur yang semakin banyak, dan sebagainya Tetap Semangat melakukan perubahan. Karena Harapan itu Masih Ada.

_Milisi Thulaby_
lembaransiaktifis.blogspot.com | mutarobbi.blogspot.com

Selasa, 15 Mei 2012

Diantara dua Ukhuwah Singgasana; Realita Cinta dan Duka diantara KAPMI dan GARDA'10 (Persembahan Untuk KAPMI di MILAD ke 13)

Malam kian pekat, hujan mulai membasahi pekarangan kami. Temaram kian menyunyikan malamku yang satu ini. Matari telah bersemayam dalam tidurnya yang panjang, angin pun tiada berhembus menyejukkan jiwa-jiwa setiap insan. Yogya seakan sepi dari kerumunan orang-orang.  Ragaku, raga ini kian lemah setelah bertemu dengan tiga mata kuliah. Lesu, letih, tak kuasa ingin kubaringkan saja jiwa ini dalam tidur yang lelap. Orang-orang disekitarku masih terus mengobarkan tenaganya didepan laptop menerawang berbagai macam cakrawala. Kantuk yang telah menyerang mataku terus berkecamuk diperangi oleh semangat. Tak ubahnya aku seperti mereka, tak ubahnya menarikan jari-jemariku diatas keyboard laptop merangkai kata-kata menjadi sesuatu yang berharga bagi hidupku, mengenang kembali peristiwa hari ini yang penuh dengan makna.

  Sejenak aku mengenang berbagai macam peristiwa yang terjadi dihari ini dan dihari lalu. Entah mengapa, dalam kenangku selalu muncul wajah-wajah mereka, wajah-wajah yang telah membersamaiku dalam mengarungi kehidupan diatas tempias-tempias perjuangan. Ya, aku dibuat kalut oleh mereka, yang telah menginspirasiku menitahkan sajak-sajak pengorbanan.

  Sampai hari ini, rasa takjubku pada seluruh teman-temanku di Kesatuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia tak pernah terlupakan. Raganya yang lelah tiada pernah terlihat merasa lemah. Pakaian putih abu-abunya yang lusuh tiada pernah membuat asanya luruh apalagi runtuh. Jiwanya tegar, matanya kian berbinar, raganya tak pernah gundah berbakti ditengah pikirannya yang resah. Ya, itulah teman-temanku, sahabat-sahabatku yang mengatasnamakan berada di “jalan dakwah”. Merekalah yang telah menjebakku kedalam jalan kebenaran ketika hati, jiwa dan ragaku berada didalam jeratan kesesatan. Jujur saja, sebelum aku mengenal mereka, aku adalah orang yang hampir saja bersentuh hidup dalam kemurkaan. Usahlah kau tahu kedekatan apa yang akan memurkakan hidupku.

  Mereka adalah orang-orang yang menghabiskan hidupnya dijalan. Di jalanan daerah Jakarta yang penuh dengan penat dan kebisingan. Mereka adalah orang-orang yang merelakan seluruh jiwa dan raganya dalam pencarian iman. Aku tahu, mereka adalah orang-orang yang penuh dengan dosa sama sepertiku, namun mereka memiliki spirit, berjuang dengan penuh keyakinan untuk menebus dosa-dosa itu dengan tetap berkorban menegakkan asmaNya, memerdekakan manusia dari lembah kejahilan akibat nafsu yang fana. Mengajak kita, kami, bahkan mereka agar tiada melerai hati nurani dan pikiran berhenti mengingat kehidupan selanjutnya setelah kehidupan kita saat ini.

  Masih terekam jelas dalam benakku, ketika seorang akhwat merelakan dirinya jalan dari Depok menuju Serpong  hanya karena ingin mengikuti agenda Daurah Marhalah KAPMI. Ketika itu, ternyata kondisinya tidaklah memiliki uang sepeserpun untuk mengantarkan dia ke tempat tujuan. Ihwal tersebut kami  -ikhwan- ketahui ketika temannya bercerita kepada kami. Sungguh, perangai akhwat yang luar biasa, teruji ketabahan jiwanya. Mungkin, ialah permata harapan itu, permata diabad 21.

  Selanjunya, peristiwa yang membuatku tercengang adalah, ternyata ada seorang ikhwan yang memberanikan diri menggoeskan sepeda ontel bututnya dari Tangerang menuju Jakarta Selatan hanya demi mengikuti agenda syuro’ rutinan KAPMI. Hal tersebut ia lakukan hampir setiap kali ada pertemuan, setiap pekan. Lelah, jauh, letih, tidak membuat raganya terhenti melangkahkan jejak kaki dalam risalah dakwahnya. Risalah dakwah pelajar ini. Risalah yang menegakkan Kalimatullah di persada Jakarta Raya, risalah suci yang tiada sungkan melawan tirani. Rasanya, banyak sekali peristiwa yang membuat mata hatiku terbuka melihat nuansa juang ini.

  Ada satu cerita lagi yang membuatku tak mampu menepiskan keharuan batinku. Peristiwa ini diperkirakan terjadi di era KAPMI sebelum angkatan 5. Ketika itu, seorang Akhwat dalam perjalanan menuju tempat syuro’ KAPMI. Ketika ia turun dari Metro Mini, tiba-tiba dirinya terlihat amatlah pucat sambil memegang perutnya yang terasa kesakitan. Namun, ia tetap melanjutkan perjalanan menuju tempat syuro’ dan mencoba menutup-nutupi kesakitan yang sedang ia alami. Ia merasakan keperihan yang sangat menyakiti tubuhnya. Tapi ia tetap teguh dalam perjalanan dakwahnya itu.
 Sesampainya di tempat Syuro’, ia mencoba menampakkan wajah senyumnya kepada teman-teman akhwat yang lain tanpa memperlihatkan raut wajah akibat rasa sakitnya itu.

  Peristiwa yang membuat batinku terkesima, tertunduk pilu adalah, ternyata ketika rapat sedang berlangsung, dirinya merasakan kesakitan yang berlebih hingga membuatnya pingsan dan langsung dibawakan ke Rumah Sakit yang terdekat oleh teman-teman KAPMI. Ketika orang tuanya telah datang ke Rumah Sakit dalam keadaan mata yang begitu lebam dan cemas, dokter memvonis bahwa anaknya mengalami gagal ginjal yang sudah kronis dan dipastikan bahwa hidupnya hanya mampu bertahan kurang dari satu minggu. Seluruh teman-teman KAPMI yang sejak tadi menunggu di depan kamar rawatnya, mendengar perihal tersebut hingga membuat sebagian mereka gemuruh penuh dengan isak tangis.

Mereka langsung menelepon teman-teman KAPMI yang lainnya menginformasikan perihal tersebut. Hampir seluruh rekan-rekan KAPMI langsung menuju kamar rawat tersebut. Suasana semakin sesak dengan tangis, suasana semakin pilu dalam kesah. Ramai dalam keharuan. Tiba-tiba, akhwat yang sakit tersebut terbangun, orang tuanya yang sejak tadi menangis tak kuasa melihat wajah sang anak. Namun, dengan keluguan akhwat tersebut, ia bertanya kepada orang tuanya perihal sakit apa yang sedang dialami dengan wajah yang memikat, menaburkan senyum ketenangan. Mendengar hal tersebut, orang tuanya semakin dibuat kalut dalam tangisan. Deraian air mata tiada padam diluapi kecemasan terhadap kondisi anaknya yang kian membara. Namun, Akwat tersebut mencoba menenangkan kedua orang tuanya dan terus merayu mereka untuk berterus terang. Hingga akhirnya, orang tuanya pun dibuat luluh oleh sang anak untuk menyampaikan apa yang terjadi pada buah hatinya tersebut.

  Suasana hening, sang anak hanya focus mendengarkan sang ibu bercerita dengan deraian air mata pilunya. Sang ibu tiada kuasa menahan diri, memeluk erat sang anak yang sudah divonis dokter itu.
Disinilah, hatiku dibuat kalut oleh sikap Akhwat tersebut. Ternyata, ketika ia usai mendengar perkara penyakitnya, Akhwat tersebut justru tersenyum lebar nan sumringah, ia hanya mampu berkata, “aku tak tahu ini berkah atau musibah, tapi aku hanya berprasangka baik pada Allah..” tuturnya. Teman-teman KAPMI hanya mampu menyaksikan keharuan didalam kamar rawatnya dari balik jendela.

  Sang akhwat tersebut, meminta teman-temannya yang diluar baik ikhwan maupun akhwat memasuki ruang rawatnya. Wajah belianya masih menampakan pesona sumringah, seakan tiada mengingat vonis dokter terhadapnya. Air matanya kian membasahi pipi, dengan suara sesaknya, sang Akhwat berwasiat kepada seluruh teman-temannya,
 “ Aku adalah pengembara yang mencari hakikat, manusia yang mencari makna kemanusiaan di tengah masyarakat, dan warga negara yang menginginkan umatnya mendapat kemuliaan, kemerdekaan, kestabilan, dan kehidupan yang baik dalam naungan Islam yang hanif..

  Aku adalah perempuan bebas yang telah mengetahui rahasia keberadaannya, kemuadian berseru, ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam yang tiada sekutu bagiNya. Dengan itulah aku diperintah, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri..

  Allah jugalah yang menghendaki, bila akhirnya aku berada di dalam barisan KAPMI, yang membuatku berpindah dari satu medan kehidupan ke ruang kehidupan yang lain. Dalam lingkaran jamaah ini, aku temukan diriku dalam keadaan tersadar di atas sebuah hakikat yang hidup di dalam sanubari. Aku temukan diri ini sebagai manusia yang terakhir kembali..

  Pikiran-pikiranku tentang kehidupan dan manusia yang ada di sekelilingku mulai berubah. Aku pun dapat memahami bahwa sesungguhnya, kehidupan ini adalah risalah dan seluruh manusia adalah saudaraku. Mereka adalah lahan tempatku berdakwah, dan mereka juga adalah aset-aset Islam..

  Semangat persaudaraan yang tulus dalam jamaah ini menarik jiwaku ke dalam ruang hati-hati yang memancarkan semangat, kesungguhan, dan perasaan yang nikmat darinya, sehingga mengalir dalam diriku mata air kehidupan yang membangkitkan jiwa dan asa; membakar emosi yang selama ini tenang di dasar jiwa. Emosi yang dingin, diam diliputi oleh kebekuan dan kemalasan, serta ketidakmampuan menampakkan diri karena terbelenggu oleh tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak bersumber dari ajaran Islam..

  Allah memberikan karunia ini dalam perkumpulanku dengan kalian, dengan insan-insan yang tiada pernah luput mengarungi sajak hidupnya dengan pengorbanan. Aku yakin, ukhuwah itu, ukhuwah yang dilandaskan iman tiada pernah terputus meski tiadakan lagi kita bertemu..

  Ayo kawan, usahlah kalian menangis lagi, bergegaslah bergerak dan bersiap siaga. Tugas kita dibumi ini masih banyak, masih bertumpah ruah haling rintang yang menyambangi jejak hidup kita..
Aku, hanya memohon, kalian doakanku dalam waktu. Tetaplah kita menjaga Izzah ini, menjaga Izzah juang yang dalam membela Agama yang suci ini..

  Kenangan ini, kenanganku bersama kalin menjadi sebuah arungan cinta yang tiada mungkin aku lupakan…”
Gemuruh tangis mengharui seisi ruangan tersebut, para akhwat saling memeluknya, merangkul tubuhnya erat-erat, seakan tak kuasa menyakini semua ini. Tangis, pilu, menjadi satu. Para ikhwan pun ikut terpilukan dalam nuansa tersebut dibalik tirai kamar rawat. Sang akhwat hanya mampu memberikan senyum manisnya seperti sedia kala.

“..Selamat tinggal sahabatku
Ku kan pergi berjuang
Menegakkan cahaya Islam
Jauh di negeri Seberang..

Selamat tinggal sahabatku
Ikhlaskanlah diriku
Iiringkanlah doa restumu
Alloh bersama slalu..

Kuberjanji dalam hati
Untuk segera kembali
Menjayakan negeri ini
Dengan ridho Ilahi..

Kalaupun tak lagi jumpa
Usahlah kau berduka
Semoga tunai cita - cita
Raih gelar syuhada..”

  Dengan nada yang lirih, penuh dengan sayup suara yang begitu parau, para ikhwan merenungkan lagu tersebut yang acap kali menjadi sebuah momentum semangat perjuangan mereka. Dengan nada yang begitu lirih, senandung yang mengheningkan suasana, tak kuasa seluruh orang yang berada dalam ruangan tersebut matanya kian lebam berkaca-kaca, para akhwat kian tak mampu menahan rasa kepedihan ini hingga diantara mereka tiada mampu menyeka tangis yang mengharu membasahi wajahnya. Begitu pun para ikhwan, yang tiada mampu menahan isak dukanya yang kian menitihkan air mata kesatriaan.

  ***

            Itulah nuansa ukhuwah, yang begitu mengharu biru dalam jiwa dan raga, hingga pada akhirnya kita terjerembab dalam nuansa kebersamaan. Melawan segala onak dan duri rintangan, menghembuskan hati dengan cinta yang membahana terhadap sesamanya. Ya, tiadalah ukhuwah tanpa diawali perjuangan atas nama Akidah kepada Robbnya. Sebuah petualang cinta yang begitu indah untuk dikenang, menjadi noktah suci dalam persaudaraan.
Kini,  berbagai rangkaian ukhuwah itu telah aku temukan kembali. Kini, aku temui semua itu diwajah-wajah yang baru satu setengah tahun aku kenali. Ya, mereka adalah keluarga baruku, keluarga yang selama ini aku buat susah oleh segala onak dan congkakku.

  Merekalah teman-temanku di GARDA’10, sebuah perkumpulan segelintir pemuda dan pemudi congkak yang dihuni oleh aku, Dzikry Asyakarullah, Mohammed Hasan Izuddin, Irfan Islami, Anggit Adi Wijaya, Aries Setiawan, Asma Azizah, Inong Malasari, Imroatul Mukhlishoh, dan Hanna Mar’atul Husna. Perkumpulan ini didirikan atas dasar kenangan dalam pengorbanan. Ikrar akan persaudaraan, cinta akan keadilan, rindu akan peradaban yang hakiki.

  Ketika itu, disinggasana itu, singgasana Gadjah Mada kami berkumpul,  sore-sore dengan matari yang kian menurunkan tubuhnya kepermukaan, ketika burung-burung berkicau, beterbangan di awan seakan mencari sangkarnya di hutan fakultas kehutanan yang tepat berada di singgasana itu. Awan kian pekat keemasan menjadikan suasana bertabur keharmonisan. Kami berbagi cerita tentang risalah juang kami masing-masing. Berbagi kisah kesah terhadap hakikat perjuangan yang telah mendamparkan kami dalam pencarian makna hakikat kehidupan ini. Mengejawantahkan segala keinginan hingga akhirnya membuat kami bisa berkenalan, berkumpul, bersatu padu karena risalah cinta ini, risalah suci Illahi Robbi.

  Kami memanjatkan asa, membangkitkan kembali semangat cita, berikrar untuk mempererat ukhuwah kami hingga akhir hayat ini. Menancapkan semangat dan raga untuk tiada pernah berhenti berjuang hingga kematian itu sendiri yang akan mengakhiri jejak juang kami di dunia ini.

  Hingga akhirnya, kami memutuskan untuk sama-sama saling bersatu padu, bersama-sama mengarungi sajak cinta Illahi ini dengan membentuk sebuah perkumpulan untuk kami. Ya, ialah GARDA’10. GARDA’10 bisa diartikan Gerakan Dakwah 2010, ataupun Gerakan Pemuda 2010. Kami mengambil angka 2010 karena keseluruhan dari kami adalah angkatan 2010 Universitas Gadjah Mada. Kami pun berasal dari berbagai macam lembaga dan berbagai macam Fakultas. Aku sendiri, berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

  Kami adalah orang-orang yang biasa saja. Orang-orang yang tidak memiliki kuasa apa-apa. Kami juga hanya orang-orang lemah yang penuh salah dan dosa. Kehadiran komunitas ini pun terlahir sebagai sebuah generasi cadangan, generasi yang berikrar dan disiapkan untuk selalu siap siaga berjuang dan berkorban, mengerahkan seluruh jiwa dan raganya dikala semua orang tiada lagi mau berjuang.

  Kami sadar, kami adalah manusia yang penuh dengan dosa, manusia yang tiada pernah lepas dari kungkungan nafsu, manusia yang tiada pernah jauh dari jurang kefanaan. Tapi kami berikrar, untuk memperbaiki semua kekurangan ini sekaligus mengorbankan jiwa dan raga ini untuk tiada berhenti menapak jejak menebarkan risalah cinta ini, sebagai pembuktian cinta kami pada-Nya.

  Kami berikrar ketika suatu saat kami ditimpa perkara ada dan tiadanya uang, ada dan tiadanya kendaraan, bahkan hingga ada dan tiadanya keadaan, tiada ingin semua itu melunturkan semangat kami, semangat yang dibangkitkan atas dasar kesadaran ketika zaman mulai menidak-sadarkan manusia yang sedang terjajah. Berasas keberpihakan pada kebenaran ketika yang lain lupa bahwa sesungguhnya nafsu, penjajahan nafsu, mengantarkan kita pada kesesatan yang tiada mampu memisahkan antara kebenaran dan kesalahan itu sendiri.

  ***

  Hari-hari berlalu, ujian, cobaan dan rintangan tiada pernah berhenti menghadang perjalanan juang ini. Begitu banyak suka dan duka menghampiri kisah ini. Ketika Asma Azizah, terpaksa meninggalkan kami karena kepergiannya untuk melanjutkan kegiatan Student Exchange ke Korea Selatan menyebabkan raga kami dengannya semakin jauh, namun tiada lekas menjauhkan hati kami dengannya. Hingga hari ini, meski ia di Korea sekali pun, kami tetap menjaga komunikasi dengannya, tetap berbagi cerita, tetap berbagi kisah melalui media. Tetap membantu kami, menyemangati perjuangan ini meski raganya tiadalah sedang dekat di sisi kami.

  Satu persatu, aku mulai mengetahui ketangkasan dan keberanian teman-temanku di GARDA ini, ketika dalam perjalanan perjuang ini, kami mulai mengerti hakikat pengorbanan yang sesungguhnya. Hingga terkadang tiada waktu luang kami memiliki waktu untuk bersantai-santai seperti orang lain. Memaksakan diri untuk memotong waktu tidurnya ketika raga dan tubuh ini kian terasa lelah. Dalam keseharianku pun, terkadang aku dan teman-teman GARDA terpaksa harus memakai waktu malam untuk berdiskusi, untuk menemui orang hingga tengah malam karena juang ini. begitu pun yang akhwat, tak jarang mereka menyedikitkan tidurnya karena harus membantu kami menyelesaikan segala macam instrumen perjuangan kami hingga tengah malam.

  Bukan hanya malam yang terkadang menyibukkan kami, bahkan terkadang pagi hari pun, ketika banyak diantara teman kami yang tertidur lelap, ketika banyak diantara kami yang bergegas membersihkan diri, kami sudah dalam keadaan berkumpul di singgasana melakukan agenda syuro’ untuk membahas agenda juang yang harus diselesaikan hari itu jua.

  Kami mulai menggiatkan membaca buku yang tidak boleh lepas dari keseharian, menggalakkan membaca Al-Qur’an yang harus menjadi keseharian. Membaca koran untuk mencari informasi kekinian, belajar memaknai kehidupan.
Aku pun mulai melihat, teman-temanku raganya mulai mengalami perubahan. Diantara kami, ada yang matanya semakin membengkak akibat kekurangan istirahat, ada yang mulai mengalami demam akibat terpaksa harus hujan-hujanan, ada yang mengalami kepala pening, ketika diindikasi dokter, hal itu terjadi karena terlalu banyak beban pikiran.
Ya, itulah kami. Sedikitpun kami tidak bangga dengan semua ini, sedikitpun kami tidak berniat untuk bertakabbur dengan semua ini. kami hanya ingin menyeru, bahwa kini kami memiliki keinginan agar segala cita ini kan bangkit, meskipun mungkin cita ini tidak bangkit dari generasi kami. Kami hanya berharap bahwa perjuangan kami menjadikan secercah harapan kepada setiap insan yang merasa penuh dosa untuk mulai mencari hakikat cintaNya dengan penuh pengorbanan, melebihi pengorbanan kami.

  Kini, di GARDA’10, aku mulai memahami persaudaraan yang lebih baik lagi, menemukan setitik harapan baru dalam berukhuwah ketika aku terpaksa harus meninggalkan teman-teman KAPMI yang berada di Jakarta, yang selalu mengajarkanku akan hakikat cinta. Tidak jarang, diantara kami ada yang menangisi semua ini, ada yang membersamai diriku untuk beribadah bersama tengah-tengah malam, membangunkanku untuk sahur ketika subuh menjelang, ketika aku mulai mengetahui bahwa sahabatku mulai mengajarkan semua itu.

“..Biarlah fitnah dan ujian itu selalu menghampiri.. Karena sejatinya, semua itu akan menjadi bumbu penyedap kenang kami di masa yang akan datang.. Biarkanlah kami melangkah meski semua orang tidaklah melihat langkah kami.. Karena kepahlawanan itu tidaklah selamanya datang dari suatu gerak yang terlihat.. karena pahlawan yang hakiki hanyalah mengharap Ridho Illahi.. Biarkanlah kami belajar memahami, memaknai, dan mencari itu semua..”



Di tulis oleh: Fachri Aidulsyah


Yogyakarta, 7 April 2012. Di kala hati sedang merana, dikala panggilan jiwa sedang membahana untuk lekas menapaki jejak langkah ini menjadi bestari yang kian langka di permukaan bumi. Entahlah, bisakah aku seperti itu.

BIDADARI ITU TETAP BERHIJAB WALAU JADI PEMULUNG

BIDADARI ITU TETAP BERHIJAB WALAU JADI PEMULUNG

Terlihat wajah semangat yang berlumur air keringat, terliha seorang mahasiswa, namanya Ming Ming. Memakai gamis hijau, jilbab lebar dan tas ransel berwarna hitam, dia memasuki lobi Universitas Pamulang (UNPAM), Tangerang. Dia adalah mahasiswa semester 1 jurusan akuntansi. Usianya baru 17 tahun. Dan dia adalah salah satu mahasiswa TERPANDAI di kelasnya.

Saat kelas usai, dia pergi ke perpus. “Ilmu sangat penting. Dengan Ilmu saya bisa memimpin diri saya. Dengan ilmu saya bisa memimpin keluarga. Dengan ilmu saya bisa memimpin bangsa. Dan dengan ilmu saya bisa memimpin dunia.” Itu asalan Ming Ming kenapa saat istirahat dia lebih senang ke perpustakaan daripada tempat lain. (keren ya…)

Sore hari setelah kuliah usai, Ming Ming menuju salah satu sudut kampus. Di sebuah ruangan kecil, dia bersama beberapa temannya mengadakan pengajian bersama. Ini adalah kegiatan rutin mereka, yang merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa di UNPAM. Setelah itu, dia bergegas keluar dari komplek kampus.

Namun dia tidak naik kendaraan untuk pulang. Sambil berjalan, dia memungut dan mengumpulkan plastik bekas minuman yang dia temui di sepanjang jalan. Dia berjalan kaki sehari kurang lebih 10 km. Selama berjalan itulah, dengan menggunakan karung plastik, dia memperoleh banyak plastik untuk dia bawa pulang.
Rumah Ming Ming jauh dari kampus. Dia tinggal bersama ibu dan 6 orang adiknya yang masih kecil-kecil. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana yang mereka pinjam dari saudara mereka di Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Biasanya setelah berjalan hampir 10 km, untuk sampai ke rumahnya Ming Ming menumpang truk. Sopir truk yang lewat, sudah kenal denganya, sehingga mereka selalu memberi tumpangan di bak belakang. Subhanallah, setelah truk berhenti dengan tangkas dia naik ke bak belakang lewat sisi samping yang tinggi itu. (can you imagine it ?)

Ming Ming sekeluarga adalah pemulung. Dia, ibu dan adik-adiknya mengumpulkan plastik, dibersihkan kemudian dijual lagi. Dari memulung sampah inilah mereka hidup dan Ming Ming kuliah.
Ini adalah cerita nyata yang yang ditayangkan dalam berita MATAHATI di DAAI TV sore kemarin (26/5/2008). Di Trans TV juga disiarkan hari selasa kemarin, di acara KEJAMNYA DUNIA Sungguh episode yang membuat bulu kudu kita merinding dan mata kita berkaca-kaca.

Ming Ming Sari Nuryanti (Mahasiswi Universitas Pamulang) Menjadi Pemulung untuk membiayai kuliah dan melanjutkan hidupnya.

Ming Ming Sari Nuryanti, Pangilannya Muna. Ia lahir di Jakarta, 28 April 1980 sebagai putri pertama dari tujuh bersaudara pasangan Syaepudin (45) dan pujiyati (42). Syaepudin, ayahnya, adalah seorang karyawan di sebuah tempat hiburan di daerah ancol, Jakarta Utara. Setiap hari ia mengumpulkan bola bowling . Sementara ibunya Pujiyati adalah seorang ibu rumah tangga sederhana. Lisa, adiknya yang pertama, duduk dibangku kelas 3 SMU Negeri I Rumpin. Melati, adiknya yang kedua, duduk dibangku kelas 2 di SMU yang sama. Kenny, adiknya yang ketiga, duduk dibangku kelas 6 SD Sukajaya. Sementara tiga adiknya yang lain juga masih sekolah disekolah yang sama. Romadon di kelas 5, Rohani di kelas 4 dan Mia di kelas 1.

Pada tahun 1994, dengan ekonomi yang pas-pasan Muna bersama keluarganya mengotrak rumah sangat sederhana di daerah Kosambi, Cengkareng. Orang tua muna menggeluti usaha rempeyek untuk mencukupi kebutuhan keluarga yang memang hasilnya tidak menjanjikan. Disela kehidupan yang cukup prihatin, Muna, yang pada waktu itu masih berusia 4 tahun menunjukan potensi dirinya yang berbeda dengan anak-anak lainnya. Dalam usia yang sedini ini, ia memaksa orang tuanya untuk memohon kepada kepala sekolah SDN 02 Kosambi agar menerimanya sebagai murid kelas 1. Hasilnya menggembirakan, ia tidak mengalami masalah dan bahkan dapat naik ke kelas 2 dengan hasil yang memuaskan.

keluarga ming-ming Saat Muna beranjak kelas dua, yaitu tahun 1996 Muna bersama keluarga hijrah ke daerah Bogor, Rumpin. keluarga mereka membuka usaha warung makanan dengan modal yang pas-pasan. Setahun berjalan, usaha itu bangkrut. Hingga untuk bisa bertahan hidup mereka hanya mengkonsumsi bubur atau singkong. Hal itu berlanjut hingga lima tahun.
Suatu hari, ada seorang teman ayah Muna yang memberitahu bahwa gelas dan botol bekas air mineral dapat dijadikan uang . Saat itu juga serentak seluruh keluarga mengumpulkan gelas dan botol bekas air mineral. Hampir setiap hari keluarga mereka berbondong-bondong keluar sambil membawa karung dan terkadang pulang hingga jam tiga pagi. Gelas bekas yang dikumpulkannya ini dihargai delapan ribu rupiah untuk setiap kilonya. Dalam sehari Muna dapat mengumpulkan sebanyak satu karung gelas plastik bekas atau seberat satu kilo gram.

Dari usaha yang baru ini membawa sedikit angin segar bagi keluarga Muna, terlebih bagi dirinya sendiri yang memang sangat bersemangat untuk menempuh pendidikan setinggi tingginya. Dalam keadaan yang sulit sekalipun prestasi belajarnya cukup menggembirakan. Semenjak SD hingga SMU Muna selalu mendapat peringkat tiga besar. Sebelum meninggalkan bangku SMU ia pernah mendapat juara 2 lomba puisi dan ia pun masuk kedalam sepuluh besar lomba membawakan berita pada peringatan hari bahasa pada waktu itu. Pada bangku kuliah pun ia masuk dalam peringkat sepuluh besar pada universitas Pamulang jurusan akuntansi. Potensi inilah yang membakar semangatnya dan memperoleh dukungan keluarga untuk terus belajar.
Tahun ajaran 2007-2008 masih dalam keadaan cukup prihatin Muna memberanikan diri mencicipi bangku kuliah. Tekadnya bulat untuk memilih jurusan akuntansi yang dalam benaknya dapat memudahkan mencapai cita-citanya untuk dapat bekerja pada Perusahaan besar. Dengan biaya kuliah Rp. 900.000 per semester dapat dicicilnya setiap bulan sebesar Rp. 150.000. Jadi, apabila ia ingin kuliah maka ia pun harus bekerja keras siang malam.

Semangat dalam belajar dan bersabar dalam meniti jalan kehidupannya membuat muna dapat dikatakan memiliki suatu yang lebih diantara kawan sebayanya. Meskipun terkadang hanya makan sekali dalam sehari tidak membuatnya kehilangan energi dalam menuntut ilmu. Muna yang memang dikenal juga anak yang pandai bergaul dan periang ini bergabung bersama kawan-kawannya di UKM MUSLIM. Keprihatinan yang dialami keluarga Muna baru diketahui ketika kawan-kawannya berkunjung ke rumahnya. Semenjak itu, ia semakin mendapat perhatian dari pengurus UKM MUSLIM dan kawan-kawannya dengan memberinya bantuan yang memang jumlahnya belum cukup signifikan.

Ust. Harist, salah seorang Pembina MUSLIM merekomendasikan Muna untuk mendapat bantuan beasiswa melalui DPU DT. Alhamdulillah, setelah mengikuti seleksi akhirnya Muna lolos menjadi anggota program BEA MAHAKARYA DPU DT. Dalam program BEA MAHAKARYA ini selain mendapat bantuan finansial ia juga memperoleh serangkaian pendidikan dan pelatihan yang dapat menjadi bekal bagi dirinya kedepan. Muna terlihat semakin optimis mengejar cita-citanya. Selain itu pula atas usaha dan dukungan kawan-kawannya ia dapat diliput dibeberapa media cetak dan elektronik yang mudah mudahan dapat dijadikan pintu keluar bagi keprihatinan yang ia alami sekeluarga selama ini.

source
http://globalkhilafah.blogspot.com/

Senin, 16 Januari 2012

Tetaplah Huznudzon kepada Saudaramu

Assalamu'alaikum..
Ikhwahfillah yang di Rahmati Allah...

Terkadang hak-hak pribadi kita jarang terpenuhi...
Jangan bertanya kemana yang lain...
Jangan bertanya mengapa kita sendiri...
Jangan mengingat apa yang telah kita korbankan...
Jangan mengharap apa yang akan kita dapatkan...

Karena sesungguhnya Allah telah memilih diri ini untuk berjuang menegakan Izzah Islam di muka bumi...
Maka Ikhlaskanlah Ikhwahfillah....
Terkadang harus berbenturan dengan saudaramu sendiri..
Terkadang suudzonpun keluar dari diri ini yang terpenjara...
Maka Jauhkanlah ia.... Rantailah ia...

Tetaplah Huznudzon kepada Saudaramu...
!!! Jalan Dakwah ini memang terkadang ada fitnahan dan kekecewaan... Maka tetaplah tegar di Jalan-Nya... Perjuangan itu terkadang Pahit... Namun syurga-Nya manis...

Kamis, 12 Januari 2012

Akhwat Jatuh Cinta?

Akhwat jatuh cinta?
Tak ada yang aneh, mereka juga manusia.
Bukankah cinta itu adalah fitrah manusia?
Tak pantaskah mereka jatuh cinta?
Mereka juga punya hati dan rasa.

Tapi taukah kalian betapa berbedanya mereka saat cinta seorang lekaki menyapa hati mereka?
Tak ada senyuman bahagia yang dirasakan olehnya.
Tak ada rona malu di wajah mereka, bahkan tak ada bundah didalam dadanya.

Namun sebaliknya...
Ketika mereka merasakan jatuh cinta, yang mereka rasakan adalah rasa sakit dan penyesalan yang bersimbah didalam dirinya. Sebuah kesakitan yang amat sangat ketika sebuah hijab yang mereka jaga sudah lama kini kian mengikis.

Ketika seseorang lelaki yang belum halal bagi mereka kini bergelayut dalam hatinya dan fikirannya. Mereka sangat takut, karena takut menodai cinta sucinya kepada Sang Pencinta. Ketika rasa rindu datang kembali, yang mereka rasakan adalah rasa kesedihan yang sangat mendalam yang membuat mereka sangat pilu. Tak ada senyuman, tak ada rona malu di dalam diri mereka.

Mereka sangat menyesal, yang ada adalah malam-malam yang penuh dengan air mata dan tangisan atas pengaduannya kepada Sang Pencipta atas cintanya yang kian ternodai. Mereka sangat gelisah karena kegelisahan yang menodai arti cinta sucinya.

Ketika akhwat jatuh cinta kepada mereka yang menodai hatinya, bukan harapan untuk bertemu mereka sesering mungkin. Namun yang mereka inginkan adalah menjauh sejauh-jauhnya dari mereka, agar menjaga hati dari kikisan itu.

Tak ada kata-kata cinta dan rayuan yang penuh kegombalan, namun yang ada adalah rasa kekhawatiran yang amat sangat akan hati yang mulai merindukan sesosok lelaki yang belum halal bagi mereka.

Ketika mereka jatuh cinta, maka perhatikanlah mereka dengan sebaik-baiknya. Sebuah kegelisahan yang terasa sangat menyesak akan ketenangan di wajahnya yang dulu teduh dilihat. Mereka akan terus berusaha untuk mematikan rasa itu bagaimanapun caranya. Kendatipun mereka harus menghilang dan menjauh, akan mereka lakukan untuk menjaga kemurnian cintanya. Sungguh sangat kasihan para akhwat yang sedang dilanda rasa cinta yang menodai kemurnian cinta mereka kepada Sang Maha Pencinta.

Jagalah hati kalian untuk meneduhkan hati mereka. Mungkin jika akhwat tersebut ditakdirkan Allah untukmu, maka yakinlah Allah akan mempersatukan kalian di dunia dan di akhirat kelak. Jangan sampai mereka merasakan rasa yang sangat menyakitkan dan membuat hari-hari mereka penuh dengan rasa kegelisahan.

#Sebaliknya juga untuk ikhwan-ikhwan yang merasakan perasaan ini

Selasa, 10 Januari 2012

Oh.. Aktivis... Kau begitu hebat, berkharisma, dan bersemangat. Namun...

Oh.. Aktivis...

Kau begitu hebat dengan segala aktivitasmu, siang maupun malam hari seperti tanpa henti kau memikirkan ummat ini. Terkadang banyak orang yang heran dengan sikapmu yang sangat aktif seperti itu. Membuat orang sangat iri, ingin rasanya mereka ikut terjun bersamamu untuk melakukan sebuah pekerjaan, walaupun mereka hanya tahu kau aktif dalam acara saja (bukan sebagai aktivitas dakwah).


Oh.. Aktivis...

Kau sangat memesona banyak orang. Disibukan dengan berbagai macam kesibukan yang jarang dinikmati oleh orang-orang biasa pada umumnya. Namun engkau tetap teguh dalam alam perjuangan yang begitu penuh tantangan juga kesabaran.


Oh.. Aktivis...

Kau begitu bersemangat ketika melakukan aktivitas dakwahmu. Hadir dalam rapat (syuro) pada waktu yang tepat. Terkadang kau menunggu banyak wajah orang untuk memulai rapat yang kau sudah rencanakan. Namun kau tetap yakin dan teguh dalam menunggu orang untuk memulai rapat.


Namun.. Sayang seribu sayang...

Kau begitu hebat dalam aktivitasmu... Namun mengapa kau seringkali meninggalkan mereka yang berada di dekatmu? Terkadang kau melupakan teman dekatmu yang selalu bersamamu. Terkadang kau meninggalkan kewajibanmu dalam ber-birrul walidain kepada orang tuamu. Terkadang kau memakai banyak alasan untuk sebuah kepentingan yang lebih besar daripada mengurusi mereka. Lalu, siapa yang mengurusi mereka selain dirimu yang hebat itu?


Kau sangat memesona banyak orang... Namun dengan kharismamu yang begitu baik dan membuat orang tersanjung kepadamu, seringkali kau melupakan niat dalam aktivitasmu. Seringkali di dalam hati ini terbesit seseorang yang belum halal bagimu. Seseorang yang berada bersama dalam organisasimu. Seseorang yang sering kali kau lirik dan merasa nyaman bersama dekatnya. Seringkali di dalam hati ini. Seringkali pandangan ini memandang yang bukan haknya. Seringkali niatmu terpeleset dipinggir jalan dalam melaksanakan sebuah kewajiban. Bukankah kau niatkan segala aktivitasmu untuk mendapatkan Ridho-Nya? Lalu mengapa kau terus mengulangi kesalahan yang sama?


Kau begitu bersemangat dalam aktivitas dakwahmu, rapatmu, dan acaramu... Namun ketika Jihad Ilmi menyapamu, seringkali kau patah semangat. Seringkali ketika ujian akademik menerpa, engkau tak bersemangat seperti rapatmu yang terkadang bisa sampai tiga kali sehari. Seringkali ketika Ujian Akhir Semester melanda, engkau langsung menurunkan semangatmu. Bukankah Jihad Ilmi juga termasuk dalam dakwahmu? Lalu bagaimana kau dapat menebar kebaikan jika qudwah yang kau contohkan membuat mereka meremehkanmu?


Semoga kita dapat menyeimbangkan antara aktivitas, kebajiban , dan tanggung jawab kita kelak.

Rabu, 04 Januari 2012

Renungkan Kembali Antum Sebagai Kader Rohis

Renungkanlah ikhwafillah...
Antum sebenarnya di Rohis ini mau ngapain? Eksistensi? Cari Jodoh? Cari Pengalaman Saja? Cari Uang? Atau Cari Waktu Kosong Saja?

Renungkanlah kembali mengapa harus kita yang berada disini. Mengurusi urusan orang lain untuk menuju kehidupan lebih baik dan menegakan Islam. Juga menunjukan Islam itu tidak hanya mengaji dan mengaji saja. Namun banyak yang tertaut dalam Indahnya Islam, Indahnya Menjadi Muslim Sejati, Indahnya Hidup dalam Naungan Islamiyah.

Namun apakah kita sudah merenungkan kembali mengapa kita berada dalam "Jalan" ini? Jalan yang panjang, Jalan yang Berliku-Liku, Jalan yang penuh dengan Godaan dan Tantangan. Bukan jalan yang enak dan melenakan.

Coba antum bayangkan, disaat orang lain sedang sibuk dengan pelajaran dan hal duniawi saja, tapi antum berusaha untuk mengerjakan pekerjaan yang lebih, yaitu membenahi diri mendekatkan diri kepada Allah SWT. dan juga antum membuat program-program yang bermanfaat untuk antum sendiri dan orang lain? Betapa Istimewanya kita... Bukan lagi memikirkan diri sendiri saja, namun memikirkan orang lain juga. Belum lagi PR yang menumpuk, Belum lagi ada Pejerjaan di Rumah, Belum lagi ada Les/Kursus, dll. Mengapa antum tidak merenungkan kembali mengapa kita berda disini?

Ya.. Memang ane mengakui kehebatan antum untuk membuat sebuah acara besar dan sedang..
Ya.. Memang ane mengakui kalau antum lebih hebat dari ane..
Ya.. Memang antum lah yang lebih hebat..

Namun yang harus antum ketahui, Seberapa Dekatnya antum kepada Allah..?
Sudahkah antum menjalankan semua kewajibannya dan juga menjalankan yang di Sunnahkan Rasulullah..?
Sudahkah antum memberi tauladan yang baik kepada teman-teman antum..?
Sudahkah antum menegur teman2 antum yang melakukan maksia..?
Sudahkah antum mengerjakan "Amar Ma'ruf Nahi Munkar"?

Yang Jelas, SEMAKIN antum mengeluarkan program banyak dan besar, ANTUM harus mempunyai Chargeran IMAN yang lebih.. Karena jika tidak dibarengi dengan KEIMANAN, antum akan mudah GOYAH dan Tujuan antum Bukan lagi berorientasi kepada Ridho Allah. Namun mengejar PUJIAN Manusia.

Bayangkan Akhi wa Ukhti...
dalm hadits Qudsi, Seorang Mujahid Ketika bertemu dengan Allah, dia tidak masuk syurga, karena yang dia inginkan hanyalah Kegagahan..
Seorang Penghafal Qur'an dan menjadi Imam ketika bertemu dengan Allah, dia tidak jadi masuk syurga, karena yang dia niatkan hanyalah pujian Manusia dengan suaranya yang merdu..
Seorang Dermawan ketika bertemu dengan Allah, dia tidak jadi masuk ke Syurga, karena dia berniat karena Ria/Sombong..
Ketika mendengar kisah ini, seorang SAHABAT Rasulullah langsung menangis dan pingsan.. Ketika bangun dan mendengarnya kembali, ia kembali pingsan... Padahal SAHABAT Rasulullah itu adalah orang yang rajin beribadah..
Lantas bagaimanakah dengan kita yg sudah ditinggalkan jauh dari Zaman Rasulullah...?
Bayangkan Akhi wa Ukhti... Sudahkan antum merenungkan kembali...?

Jangan sampai antum kalah dengan KEBATHILAN...

Untuk program Dakwah, jangan hanya membuat acara yang Inklusif saja (untuk internal saja). Namun antum juga harus membuat acara untuk Eksternal Juga. Rangkul semua.. Jangan hanya di kalangan sendiri saja.

Memang benar utamakan yang internal dulu, NAMUN Tanggung Jawab Antum Sebagai Pengurus Rohis dan Seorang Da'i mana terhadap Orang Lain yang sangat membutuhkan???

Apalagi sekarang sedang beredar kasus NII dan Terorisme..

Antum sudah tau belum dampak buruknya terhadap ROHIS...?

Rohis di "blacklist" sebagai salah satu sumber Radikalisasi. (Pernyataan Sydne Jones beberapa waktu lalu)
Juga sebagai celah masuknya NII.

Bayangkan sampai acara rohis, mentoring saja dipantau terus. Dan juga banyak rohis2 sekolah lain disana yang sudah gulung tikar dan menutup rapat terhadap Rohis.. Banyak Orang Tua juga meng-Cover anak-anaknya untuk ikuti program Rohis.. Juga Pandangan Sinis banyak orang terhadap Rohis...

Padahal Rohis itu adalah Mengajarkan Kita Untuk Mejadi Muslim Sejari (Allah,Rasulullah,Al-Qur'an,Hadits)
Sudah banyak prestasi yang dibawa KADER Rohis. Dari Juara Kelas, Juara Olimpiade, Juara lomba, rangking 1, Murid terbaik, Murid Tersopan, Sering mengerjakan PR, Anak Kesayangan Guru, dll. Banyak yang sudah diukir oleh Rohis. Karena Rohis itu mengajarkan kita untuk menjadi lebih baik. Muslim yang Cerdas dan Berakhlak Baik..

Dasar "mereka" saja yang tidak senang dengan rohis yang mengaitkan masalah NII dan Radikalisme dengan Rohis.

Apakah Antum Rela Kondisi ini terus memuncak dan semakin para? Media Masa sudah gencar mem-posting masalah ini. Apakah Antum Diam Saja Akhi wa Ukhti...?

Apakah antum menunggu sampai penyesalan itu datang dan antum hanya Menangis Saja?
Penuhi Tarbiyah Antum.. Penuhi Hari Antum dengan Iman.. Penuhi Diri Antum dengan Ilmu..
lalu Buatlah Program2 yang berguna untuk itu Semua...

Bukan malah sibuk dengan program, namun tarbiyah dan Iman antum di nomer duakan.. Salah besar.. Harus dibarengi..

Izinkan Kami untuk Bertutur Kata kepada Aktivis Dakwah Sekolah

Kami, dilahirkan dari rahim hangat da'wah sekolah. Diasuh oleh ketulusan para mentor dan murobbi sekolah membuat kami mampu tegak berdiri menghadapi berbagai permasalahan tdk hanya di dunia sekolah tapi juga di dunia mahasiswa.

Hingga kini kami bertahan...

Fabi ayyi 'ala I robbikuma tukadziban !

Da'wah, rasanya bisa dikatakan menjadi tempat dimana semua keterbatasan ada, keterbatasan SDM, keterbatasan dana,keterbatasan waktu, bahkan terkadang keterbatasan izin orangtua. Namun ternyata da'wah mampu mengalirkan keberlimpahan cinta untuk sesama, keberlimpahan inspirasi, dan keberlimpahan cahaya yang mencerahkan.

Tak perlu jauh mencari bukti,
Di dekat, bukti itu adalah kami,
Juga kalian.
Di tempat yang jauh, bukti itu tersebar dari Gaza hingga Papua, torehan peristiwa ajaib yang memukau kehidupan. Bacalah-carilah, kelak bukti itu akan membuat kita bersyukur pernah disentuh oleh da'wah.

Da'wah selalu mencerahkan
Dan istimewanya,
Da'wah sekolah selalu mendapat kesempatan pertama untuk mencerahkan manusia,
Itu karena da'wah sekolah berhadapan dengan para manusia belia, para calon pelanjut generasi bangsa yang tulang belulangnya masih kokoh berdiri, yang senyumannya masih secerah mentari pagi.

Tak usah menunggu tua untuk melihat perubahan, di sekolah yang di'cerahkan', musholla selalu tampak penuh dengan jejalan putih abu di jama'ah dhuha,
Kemeja siswa tampak menggembung diisi mush'af,
Tahajjud bersama pun digelar
Dengungan tilawah dan hapalan menembus telinga yg masih ada setitik keimanan
Bukan itu saja,
Belia-belia putih abu istimewa pun terlihat dari kesantunannya berbicara, kejujurannya saat ujian, kekokohannya menjaga harga diri, kebaikan akademisnya, kehebatannya membagi waktu dan kebaikan-kebaikan lainnya.

Sungguh, Keberkahan yang Allah lahirkan dari da'wah sekolah telah mampu mengobati zaman yang telah luka berdarah-darah,
Oleh tawuran pelajar
Oleh pergaulan bebas pelajar
Oleh pornografi pelajar
Oleh akhlak hina pelajar
Oleh kecurangan pelajar
Oleh hedonisme pelajar

Da'wah sekolah yang digadang-gadang siang malam oleh saya, kami, kalian, dan ribuan aktivis da'wah sekolah lainnya
Telah mampu membuat jalinan mimpi indah tentang negeri yang 'baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur ' itu terajut kembali
Bahwa harapan itu masih ada
Bahwa waktu sela kehadiran azab Allah itu masih bisa dipanjangkan...

Fabi ayyi 'ala I robbikuma tukadzibaan
Maka ni'mat Tuhan yang mana lagi yang engkau dustakan...

Tak mampu kami hidup tanpa da'wah, telah kami dan kalian ikrarkan,
Telah kami dan kalian buktikan
Telah kami dan kalian perjuangkan
Pusaran da'wah yang indah telah membuat kelelahan langkah kita tak lagi bermakna
Manisnya iman dan ukhuwah telah membuat
habisnya uang, habisnya waktu kita tak lagi punya arti

Kita percaya bahwa da'wah telah menyirami keimanan manusia, dan iman sejak kehadirannya selalu mampu merubah apa saja. Bahwa iman selalu membawa jutaan cerita ajaib dalam kehidupan, bahwa iman mampu membuat kita bertahan dan lebih berdaya.

Jadi Wahai Adik,
Tetaplah berjuang, bertahan,berpegangan tangan,
Kelak kalian akan saksikan, ada dunia baru yang Allah berkahi, yang tentram dan indah,
Yang akan kita wariskan untuk manusia-manusia baru yang tak lain adalah anak-cucu kita sendiri

Jadi Wahai Adik,
Jangan pernah berhenti,
Karena berhenti berarti mati
Karena berhenti berarti hidup tanpa cahaya

Wahai Adik,
Sungguh, langkah kaki kalian selalu kami doakan,
Agar Allah mudahkan
Agar Allah sucikan dari kepentingan dunia
Agar Allah menjaga keberkahannya

Kami juga kalian, dilahirkan dari rahim hangat da'wah sekolah. Diasuh oleh ketulusan para mentor dan murobbi membuat kami dan kalian mampu tegak berdiri bertarung dengan 'keangkuhan zaman'

Di hati kita ikrarkan : Allahu Ghoyatuna ! Karena Allah saja
Hingga kini kami dan kalian bertahan...


2/04/2011 01:06:00 PM | Posted by islamedia

Iklan

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites