.

.

Muhammad : 7

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik [Al-Imran : 110]

As-Shof : 4

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.[As-Shof : 4]

Bergerak atau Tergantikan

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”

Hidup Mulia atau Mati Syahid

Ketika Kau Lahir di Dunia dengan Tangisan, Dunia Gembira Riang Menyambutmu. Ketika Kau Gugur sebagai Pahlawan, Dunia Mengangisimu, Namun Ruhmu gembira menyambut Syurga-Nya

Kita adalah Penyeru

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik [Al-Imran : 110]

Senin, 06 Oktober 2014

KARAKTER IDEAL BAGI SEORANG PEMAKMUR MASJID (bagian 1)

Seorang pemakmur masjid, ialah mereka yang bisa memperbaiki dirinya dan orang lain. Layaknya sebuah kendaraan, seorang pemakmur masjid harus memiliki bahan bakar sebagai energi dalam menjalani aktivitasnya. Tentunya segala amalnya bertumpu hanya mengharap Ridho Allah. Sangat disayangkan bagi mereka yang mengaku pemakmur masjid, namun tak memperbaiki dirinya sendiri. Aa Gym pernah berkata, “Dakwah itu adalah mendakwahi diri sendiri”. Bahkan dalam Al-Qur`an dan Hadist menjelaskan bahwa sebelum mendakwahi orang lain, tahapan yang pertama yaitu memperbaiki diri sendiri. Allah menyuruh kita untuk menjaga diri kita dan keluarga kita dari api neraka sebelum yang lainnya. Rasulullah juga mengajak keluarganya dahulu untuk memeluk agama Islam. Berikut beberapa karakter untuk menjadi seorang pemakmur masjid yang ideal :

1. Salimul Aqidah

Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162). Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid. Bagi seorang pemakmur masjid, pondasi ini sangatlah penting. Hanya Allah yang menjadi sebuah tujuan utama. Tak terbesit sekalipun fikiran lawan jenis di benaknya. Setiap segala aktifitas ditujukan hanya bermula dan berujung kepada Allah. Dalam menjalani kepanitiaan atau program di masjid, semua hanya bersandar kepada Allah. Ikhlas adalah kunci utama dalam point ini. Oleh karen itu, ilmu ikhlas sangatlah sulit untuk dicari. Bahkan sangat mahal nilainya. Jangan sampai segala amal kita menjadi sia-sia ketika kita tak ikhlas menjalaninya.

2. Shahihul Ibadah

Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ’shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan. Aplikasi dalam point ini adalah menjadikan Ibadah sebagai kebutuhan, bukan kewajiban. “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan” (Al-Fatihah : 5). Kita harus penuhi dulu hak dan kewajiban kita kepada Allah, dengan begitu maka Allah akan menolong kita ketika kita meminta pertolongan.

3. Matinul Khuluq

Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman yang artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung’ (QS 68:4). Akhlak menjadi pondasi yang penting bagi seorang pemakmur masjid. Karena impilkasi dari keimanan kita akan tercermin dalam setiap akhlak kita. Secara spontan, maka akhlak itu akan menampakan diri secara tidak sengaja ketika waktu yang tek terduga. Ketika kita bersin, apakah yang kita ucapkan? Ketika kita kaget, kata-kata apa yang pertama kali keluar dari lisan kita? Ketika musibah datang melanda dengan tiba-tiba, apakah yang kita lakukan? Ketika rezeki mengalir dengan deras, apa yang kita lakukan pertama kali? Semua itu akan terpancar dari akhlak kita. Semakin baik kedekatan kita kepada Allah, maka harusnya aplikasi dalam amalnya berbanding lurus. Setiap prilaku kita yang nampak di masyarakat, akan menjadi tolak ukur / sudut pandang masyarakat tentang kita dan organisasi yang berada di pundak kita. Kita adalah cerminan dari lembaga yang kita emban. Rasulullah diutus oleh Allah supaya menyempurnakan akhlak. Kemungkaran yang sangat besar ketika seorang pemakmur masjid tak mengaplikasikan apa yang ia lontarkan dari lisannya. Maka dari itu kita harusnya melakukan “Revolusi Akhlak”.

4. Qowiyyul Jismi

Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: ‘Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah’ (HR. Muslim). Hal ini sering kali dilupakan oleh para aktivis dakwah. Ketika kegiatan dakwah sangat padat, bahkan sampai lupa makan dan istirahat, disaat itulah kesehatan kita mulai goyah. Akhirnya berujung pada kesakitan fisik. Bahkan menderita sakit yang cukup parah karena terakumulasi dari jangka waktu yang lama. Setelah itu, apa yang bisa kita perbuat ketika sakit melanda? Mayoritas aktifitas dakwah kita akan terbengkalai. Apalagi ketika kita menjadi seorang yang memegang peran penting dalam sebuah kepanitiaan. Semua itu bisa jadi menghambat kinerja dakwah bagi kita dan orang banyak. Bukan hanya Sehat Jasmani, selayaknya seorang Aktivis Pemakmur Masjid harus Latihan Beladiri. Sebagai upaya  dan ikhtiar kita dalam menghadapi akhir zaman. Pada Zaman Sahabat Rasulullah, Islam sangat disegani dalam kekuatan perangnya. Bahkan Rasulullah juga pandai beladiri. Pertanyaannya, apakah kita sudah mempersiapkannya untuk persiapan akhir zaman?

5. Mutsaqqoful Fikri

Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219). Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatka pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah:samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9). Kita sebagai pemakmur masjid yang masih mengenyam pendidikan di dunia pendidikan, harus menjadikan point ini menjadi salah satu amal dakwah kita. Seorang mantan Wakil Ketua LDK Al-Hurryyah IPB pernah menyampaikan, “Jika dakwah adalah ibadah, maka berprestasi adalah dakwah” (Banu). Rasulullah juga menyampaikan bahwa pahala orang yang pergi dalam rangka menuntut ilmu seperti orang yang sedang jihad fi sabilillah. Oleh karena itu, dengan penuh kesadaran kita sebagai aktifis dakwah kampus harus menjadikan ladang ini menjadi daya tarik bagi teman dan lingkungan sekitar. Dan inilah yang menjadikan diri kita spesial. Ketika orang sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya, namun kita sibuk dengan aktifitas dakwah tanpa menghilangi tugas akademik. Waktu produktif kita menjadi lebih bermanfaat dari pada orang lain yang kategorinya “biasa” saja. Prestasi akan menjadi daya tarik dalam kita menyampaikan kebaikan. Bagaimanapun ternyata jejang pendidikan menjadi salah satu tolak ukur bagi masyarakat Indonesia. Brand Profesor akan menjadi daya tarik lebih ketika menjadi seorang penyeru kebaikan dibanding lulusan SD. Tentunya dalam melatih Mutsaqqoful Fikri tidak hanya dalam jalur akademik. Justru kehidupan nyata yang dialami adalah sarana terbaik dalam melatih daya fikir. Kedewasaan dalam mengambil keputusan dan kebijakan jalan hidup akan terlatih ketika kita siap menghadapi kehidupan. Ketika orang memiliki hutang jutaan, maka daya fikirnya akan memutar lebih cepat daripada orang yang hanya duduk santai di pangkuan orangtuanya. Karena dalam kondisi terdesak, biasanya jiwa kreatif akan keluar spontan. Karena di bahu kita tertancap tanggungjawab besar untuk melunasi hutang. Apalagi bagi seorang lelaki, diciptakan oleh Allah memiliki bahu yang besar agar suatu saat nanti akan ada seorang pendamping hidup yang bersandar pada bahu ini. (berambung)




Bogor, 7 Oktober 2014
Asrama Tercinta Masjid Al-Hurriyyah IPB

Abu Milisi Thulaby
www.lembaransiaktifis.blogspot.com




Iklan

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites