.

.

Senin, 24 Maret 2014

Cindai Mata: Buah Cinta


Kali ke sekian pun aku masih tak kuasa, mengusap air mata yang menganak sungai saat membaca sajak ini. Ditulis oleh seorang gadis muda belia. Menyentuh lembut kesadaranku bahwa usia bukan batasan bagi pemahaman. Bukan batasan bagi ilmu dan hikmah untuk berpendar. Semoga Allah merahmatinya, menyayangi ibu bapaknya. Sajak ini ditulis setelah perpisahannya dengan kedua orang tuanya. Karena orang tuanya mengirim ia ke seberang pulau untuk meneruskan perjuangan di dalam menuntut ilmu. Berikut sajak itu:

Ibu, Bapak
Kau kirimkan daku untuk menuntut ilmu
Jika aku telah selesai belajar nanti
Aku akan kembali pada kalian
Tetap sebagai pelajar
Yang akan terus belajar

Dan jika aku telah lulus sekolah nanti
Maka jangan sebut aku sarjana dunia
Sebab sejatinya aku masih terus belajar
Sampai aku mengenakan toga di surga
Karena aku ingin datang kepada kalian

Sebagai hadiah kehidupan ini
Yaitu anak shalihah
Sebagai embun penyejuk
Dengan akhlaqul kariimah
Sebagai intan berharga
Menjadi annisa, wanita yang terjaga agamanya
Sebagai mahligai rumah tangga
Yaitu hujjah keluarganya

Dan yang terindah,
Aku akan datang kepada kalian
Sebagai syafaatmu di dunia ini
Agar syafaat Nabi Muhammad
Dapat sampai kepadamu di akhirat nanti
Maka izinkanlah ananda
Menjadi apa yang ananda inginkan

Demikianlah, tiada pemberian terindah bagi orang tua kecuali anak shalih shalihah. Memuliakan kedua orang tuanya di dunia, menjadi hujjah di akhirat, dan cindai mata di taman surga. Maka kepada Allah kita memohon, agar Ia berkenan memberikan kita istri dan anak sebagai penyenang hati, serta menjadikan kita imam bagi orang-orang yang bertakwa. Aamiin Ya Rabbal ‘alamin..

oleh :Endar Widiah Ningrum

0 komentar:

Posting Komentar

Iklan

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites