Thifan merupakan bela diri yang dikembangkan para
dai dari perkampungan muslim china utara.
Telah ditinggalkan segala hal yang bertentangan dengan syar'i dan telah dipergunakan
untuk berdakwah sekian lama
Hadirnya
generasi muslim sudah menjadi dambaan dan kebutuhan bagi kemashlahatan
kaum muslimin saat ini.
Pembinaan pribadi-pribadi muslim yang terpadu menjadi kunci untuk
membentuk generasi tersebut sehingga
mereka mampu menjawab
berbagai tantangan zaman. Konsep pembinaan yang terpadu tersebut harus
mencakup semua sisi, baik dari
sisi akal, ruh, maupun
jasad. Keseimbangan ketiga sisi merupakan hal yang mutlak. Kekurangan
atau ketimpangan dari salah satu
sisi tersebut akan
mempengaruhi sisi yang lain dan berpotensi menjadi kendala.
Sebagaimana dua sisi yang lain,
Islam menaruh perhatian pada pembinaan jasad.
Di dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:
Dan siapkanlah bagi mereka
apa yang kamu sanggupi dari kekuatan(Q.S. Al-Anfal:60)
Dalam
sejarah, Rasulullah SAW dan para shahabatnya mencontohkan
bagaimana mereka
melakukan pembinaan jasadiyah. Mereka terbiasa melakukan aktifitas
berkuda, memanah, berlatih pedang, bergulat,
dsb.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah SWT
dari mukmin yang lemah
Selain
memiliki akhlaq yang mulia, ibadah yang tekun dan kecerdasan,
Rasulullah dan para
shahabatnya adalah
orang-orang yang memiliki keterampilan fisik yang luar biasa. Seorang
jago gulat di Mekkah pernah menantang
Rasulullah dan
mengatakan bahwa tidak pernah ia bergulat selelah itu saat bergulat
dengan Rasulullah. Umar bin Khattab pernah
bergulat dengan beberapa
orang dari pagi sampai sore, sedangkan Saad bin Abi Waqas mahir memanah
dan Ali bin Abi Thalib merupakan
sahabat yang mahir
memainkan pedang.
Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan
apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah, musuhmu dan
orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah
mengetahuinya. Apa saja yang
kamu nafkahkan pada
jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak
akan dianiaya (dirugikan) (QS al
an faal : 60)
Sejarah Thifan Po Khan
Kita ketahui bahwa
hampir setiap jenis beladiri mempunyai cerita atau riwayat
masing-masing, hanya saja munculnya riwayat tersebut terkadang sangat
sulit untuk dibuktikan secara ilmiah.
Hal ini terjadi di antaranya karena riwayat ataupun sejarah
munculnya beladiri, mungkin tidak menjadi perhatian khusus bagi para
ahli sejarah manapun untuk diungkap secara tertulis, atau mungkin baru
dirintis pada awal abad modern sekarang ini, itupun masih sangat
terbatas sekali.
Kalaupun hendak diadakan penelitian yang sesuai dengan metode
ilmiah, yang berkaitan dengan penelusuran sejarah munculnya suatu
beladiri, maka akan menemukan berbagai kesulitan untuk mendapatkan
bukti-bukti dan kesaksian-kesaksian tentang kejadian masa dahulu dan
kini.
Pada umumnya, para pelaku ataupun para pendiri aliran
beladiri tersebut tidak menuliskannya dengan jelas, kapan didirikannya
(tanggal, hari, bulan dan tahun), di mana tempatnya (asal negara,
propinsi dan suku bangsanya) dan pada masa apa atau siapa (kerajaan/
dinasti/pemerintahan) ? ataupun bukti-bukti nyata lainnya berupa
benda-benda bersejarah kalau orang-orang beladiri tersebut pernah
menciptakan senjata-senjata khusus yang dipakai dalam ilmu beladiri, dan
berbagai hal lainnya yang diperlukan untuk sebuah penelitian. Kalaupun
ada, bukti-bukti itu umumnya tidak lengkap.
Hal ini dapat dimaklumi penulis, karena dalam dunia beladiri ada
hal-hal yang bisa diketahui oleh umum, tetapi ada pula yang ‘rahasia’,
yang hanya diketahui oleh para pelaku/pendiri dan murid-murid utamanya,
ada yang terkitabkan dan ada pula yang tidak, dan ini pun
bertingkat-tingkat, persis seperti yang digambarkan dalam bentuk
film-film, buku-buku cerita ataupun komik-komik, bagaimana kisah-kisah
para pendekar dahulu ataupun sekarang, sangatlah ketat dalam menerima
murid yang hendak belajar, karena memang para pendiri itu merasakan
betapa susahnya ketika mendapatkan ilmu beladiri tersebut.
Rahasia yang dimaksud di sini adalah teknik-teknik andalan dalam
berjurus ataupun ilmu-ilmu dalam/batin yang dimiliki beladiri tersebut
memang harus disembunyikan. Hal ini bisa dimaklumi karena sesuai dengan
filosofi ilmu beladiri bahwa ilmu beladiri itu diciptakan untuk
membeladiri dari serangan/gangguan lawan artinya diusahakan tidaklah
sedikitpun lawan itu bisa mengetahui ‘rahasia’, sebab jika lawan sudah
mengetahui ‘rahasia’ ilmu beladiri tersebut, maka namanya tidak lagi
beladiri tetapi berubah menjadi ‘menyerahkan diri’.
Uraian ini sengaja penulis ungkapkan karena sesuai dengan apa yang
dialami penulis ketika hendak menuliskan riwayat/sejarah munculnya
beladiri Shurulkhan Nie Thifan Po Khan. Tetapi tidak juga berarti
penulis hendak berlaku seperti seorang peneliti sejarah, karena banyak
sekali instrumen yang tidak dimiliki oleh penulis, di antaranya adalah
literatur-literatur yang sangat minim.
Walaupun demikian tidaklah menjadikan pesimis bagi penulis, karena
ada hal-hal tertentu yang pasti bisa disimak oleh siapa pun khususnya
bagi para pecinta beladiri, yaitu adanya teknik-teknik/gerakan-gerakan
yang khas yang ada pada berbagai jenis beladiri tersebut, dan hal ini
secara nyata bisa kita saksikan dalam berbagai perguruan-perguruan
beladiri yang ada di sekitar kita, terlepas dari asli atau tidaknya
beladiri tersebut.
Karena kekhasan itulah yang juga bisa membedakan antara beladiri
yang satu dengan yang lainnya. Hal ini adalah sebagai bukti awal bagi
penulis bahwa ilmu beladiri tersebut memang pernah eksis atau ada.
A. Awal Perkembangan Thifan Po Khan
Thifan adalah nama suatu daerah di Negeri Turkistan Timur, daerah
jajahan China yang kemudian diganti namanya menjadi Sin Kiang, yang
artinya Negeri Baru (Lihat Turkistan: Negeri Islam Yang Hilang, DR.
Najib Kailany). Namun kalau kita simak dalam peta dunia, yang akan kita
temukan adalah nama Turfan, daerah otonomi yang termasuk dalam wilayah
China Utara.
Turkistan Barat dijajah oleh Rusia yang memasukkannya ke dalam
wilayah Uni Sovyet. Sebelum Islam datang ke daerah ini, beberapa suku
asli seperti Tayli, Kimak, Doghan, Oirat, Kitan, Mongol, Naiman, dan
Kati telah memiliki sejenis ilmu beladiri purba berbentuk gumulan, sepak
tinju dan permainan senjata yang dinamakan "kagrul", yang dipadukan
dengan pengaturan napas Kampa.
Dakwah Islam mulai disebarkan di Turkistan kira-kira pada dua abad setelah hijriah, sebagaimana tertulis dalam Kitab Zhodam :
"Maka
tatkala sampailah dua abad lepas hijrah orang-orang sempadan tanah
China arah utara itu masuk Islam. Lalu ilmu pembelaan diri masa mereka
memeluk Budha itu dibawanya pula dalam alam Islam, tetapi
ditinggalkannya segala upacara yang bersangkut paut dengan kebudhaannya
seumpama segala penyembahan, cara bersalam dengan mengatupkan kedua
belah tangan, lambang-lambang, dan segala istilah."
(ZHODAM, Telif Syiharani, halaman 9).
Menurut M. Rafiq Khan dalam bukunya "Islam di Tiongkok", mengatakan sebagai berikut :
“Orang
Muslim pertama yang datang di Tiongkok ialah dalam zaman pemerintahan
Tai Tsung, kaisar kedua dari dinasti Tang (627-650 Masehi). Jumlah
mereka ada empat orang, seorang berkedudukan di Kanton, yang kedua di
kota Yang Chow, yang ketiga dan yang keempat berdiam di kota Chuang
Chow. Orang yang mula-mula mengajarkan Islam ialah Saad bin Abi Waqqas,
yang meletakkan batu-batu pertama mesjid Kanton yang terkenal sekarang
sebagai Wai-Shin-Zi, yaitu Mesjid untuk kenang-kenangan kepada Nabi”
Dituliskannya pula bahwa selama Pemerintahan Tai Chong (Kaisar ke-2
dari Dinasti Tsung tahun 960-1279 Masehi) Tiongkok diserbu oleh penguasa
Muslim dari Kashgharia, yaitu Baghra Khan beserta pasukannya, lalu
menduduki Sin Kiang (Simak : Islam di Tiongkok; M. Rafiq Khan dan
Sejarah Da’wah Islam; Thomas W. Arnold).
Hal ini disepakati oleh seorang China ahli sejarah terkenal yang
bernama Prof. Chin Yuan menyatakan bahwa orang-orang Islam mengirimkan
utusan-utusan mereka ke Tiongkok dalam tahun 651, utusan-utusan itu
bertemu dengan Kaisar Tiongkok di Changan (Sianfu), ibukota Tiongkok
pada waktu itu. Pada tahun 713 M. perbatasan barat Tiongkok dikuasai
oleh seorang jenderal Arab yang terkenal bernama Qutaiba bin Muslim,
pada waktu itu ia telah menaklukkan daerah yang luas di Asia Tengah dan
namanya sangat ditakuti.
Dari uraian di atas dapat dilihat bagaimana hubungan atau interaksi
antara dakwah Islam dengan tumbuhnya berbagai macam beladiri di kawasan
Tiongkok, sehingga terjadi pula Islamisasi beladiri. Sesuai dengan
bahasa Urwun yang merupakan bahasa asalnya, Thifan Po khan berarti
"Kepalan Tangan Bangsawan Thifan". Beladiri ini mempunyai riwayat
tersendiri yang khas sebagaimana diceritakan dalam kitab yang bernama
Zhodam.
B. Bagan Asal-Usul Thifan Po Khan
A. Ilmu pembelaan diri purba (Kagrul) bercampur kumfu China Purba
B. Kumfu China Purba, Kampahana, Tomosozhu, Yoga, Dahtayana (Shorim Shaolin)
C. Ilmu Gulat Mogul, Tatar, Saldzyuk, Silat Kitan, Tayli.
D. Shurul Khan
1. Naimanka (suku)
2. Kraitdsyu (suku)
3. Suyi (orang)
4. Syirugrul (orang)
5. Namsuit (orang)
6. Bahroiy (orang)
7. Tae Fatan (suku)
8. Orluq (rajawali)
9. Payuq (orang)
Kemudian digubah, ditambah ditempa, dicampur, lalu dipilih, diteliti, dikaji, maka muncul cikal bakal THIFAN
Bagan
di atas dapat diuraikan lagi secara lebih terinci. Pada awalnya ada
sejenis cara pembelaan diri purba berbentuk gumulan, sepak tinju dan
permainan senjata yang disebut Kagrul, bercampur Kumfu China Purba.
Dulu, adalah seorang pendeta Budha bernama Ponitorm/Tamo
Sozhu/Tatmo/Darma Taishi yang berasal dari Hindustan. Dia mengembara ke
China untuk menyebarkan ajarannya.
Dalam pengembaraannya sampailah ia ke kawasan Liang yang diperintah
oleh Raja Wu, karena terkena fitnah ia melarikan diri dan sampai di
Bukit Kao, di sana ia merenung selama 9 tahun. Menyadari murid-muridnya
sering mendapat gangguan, baik dari binatang buas, manusia, atau
penyakit yang mengakibatkan kurang lancarnya misi penyebaran agama
Budha, maka ia pun menyusun suatu rangkaian gerak pembelaan diri seperti
tersebut di atas.
Campuran Kumfu China Purba dengan Kampahana Tinju
Hindustan yang diatur dengan jalan pernapasan Yoga Dahtayana membentuk
Shourim Kumfu/Shaolin Kungfu di wihara-wihara.
Pengkajian beladiri ini disusun dalam Kitab I Zen Zang serta ilmu
batinnya dalam Kitab Hzen Souzen. Sampai di sini ada kesamaan sejarah
dengan beladiri lain seperti Shorinji Kempo, Karate, dan lain-lain, yang
masih satu sumber.
Aliran Shourim terus berkembang ke arah utara China dan memasuki
daerah orang Lama (Tibet) dan orang Wigu (Turki). Di sana aliran Shourim
ini pun pecah menjadi berpuluh-puluh cabang. Setiap cabang pun
berkembang dan terpengaruh alam tempat pertumbuhan aliran tersebut.
Pecahnya aliran ini disebabkan Dinasti yang berkuasa tidak menyukai
orang Shourim.
Tersebutlah seorang bangsawan bernama Je'nan dari Suku Tayli yang
pandai ilmu Syara dan terkenal sebagai ahund (ustadz atau guru) muda.
Je'nan menghimpun ilmu-ilmu beladiri itu dan ia pun berguru pada
pendekar Namsuit serta orang-orang Wigu. Bersama para pendekar Muslim
lain yang memiliki keahlian ilmu Gulat Mogul, Tatar, Saldsyuk, Silat
Kitan, Tayli, mereka pun membentuk sebuah aliran bernama Shurul Khan.
Dari Shurul Khan inilah terbentuk sembilan aliran seperti yang
tersebut di atas. Aliran-aliran ini kemudian digubah, ditambah, ditempa,
dialurkan, lalu dipilah, diteliti dan dikaji sebagai cikal bakal
munculnya Thifan. Pada masa itu pengaruh Islam sudah masuk ke dalam
beladiri ini.
C. Jurus dan Gerakan Thifan Po Khan
1. Jurus-jurus persiapan : diambil dari sepak tinju suku Wigu.
2. Tingkat Dasar : diambil dari gerakan campuran berbagai gerakan binatang dari cerita Pendekar Namsuit.
3. Jurus-jurus Turaiyt : diambil dari ilmu perkelahian Pendekar Mogul, Nana Fun.
4. Jurus-jurus Bergulat : diambil dari gerakan orang Turki, Tatar, Monsyu, Saldsyuk dan Kay suku Pantai.
5. Langkah (Tusyug) : diambil dari gerakan sebelas suku di daerah Thifan yaitu suku-suku selatan di China.
6. Khimo : diambil dari siasat suku Kitan, Tayli, Shourim, dan binatang.
7. Jurus-jurus Konlut : diambil dari gerakan unggas berkelahi, bertahan, dan lain-lain.
8. Fuen Lion : diambil dari gerakan berbagai jenis binatang cengkrik, ular, kelelawar, dan lain-lain.
9.
Tawgi Kotlu : diambil dari gerakan binatang, pembelaan diri Tatar,
Saldsyuk, China dan berbagai jenis Kungfu Purba Tezi dan Szanding.
10.
Badur : diambil dari Aliran Tayakan Suku Mutang, Binatang Laut, Bentuk
Bunga, Lilin, Selendang dari Tayli, Gerakan Suku Kitan, Mongol, Doghan
dan China.
Seluruh gerakan itu diubah untuk melengkapi Shurul Khan. Selain ilmu
tersebut di atas, dalam materi pelajaran beladiri ini juga diajarkan
ilmu Awasin Al Kay dari Arab, tusuk jarum dari China, tusuk saraf dari
Persia, dan lain-lain, juga permainan senjata seperti Toya, Shourim,
Kungfu purba, permainan pedang Kurdi, permainan panah Mongol, permainan
senjata Keway dari Anak Suku Wigu, serta ilmu Senzho yang merupakan
gubahan berbagai suku. Karena itu Shurul Khan Thifan Po Khan termasuk
aliran yang lengkap, karena segala aliran ada di dalamnya.
Inti materi latihan Thifan Po Khan dibagi menjadi enam bagian, yaitu :
1. Sentai (Senam)
Senam merupakan latihan dasar yang penting, karena mendukung
jurus-jurus lain yang diajarkan kemudian. Senam tersebut meliputi :
senam kepala (leher), bahu, tangan, jari, perut, pinggang, dan kaki.
Ketujuh komponen tubuh inilah yang mendukung seseorang dalam melakukan
gerakan serangan maupun bertahan.
2. Tawe (jurus)
Jurus dibagi menjadi :
a. Teknik Jurus : Tangan kosong (teknik
kepalan dan tangan terbuka yang terkumpul dalam 2028 jurus), serta
permainan senjata (sekitar 20 jenis yang terkumpul dalam 5028 jurus)
b.
Teknik penggunaan jurus. Semua anggota badan bisa dijadikan senjata
seperti kepala, sikut, tangan, lutut, telapak kaki, dan sebagainya.
Tangkisan bisa dilakukan dengan tangan dan kaki, sedangkan teknik
serangan dibagi menjadi 5 macam :
1) menyerang dengan teknik merapat
2) memanfaatkan tenaga lawan
3) mengimbangi tenaga lawan
4) menggunakan jarak/jangkauan
5) menggunakan teknik bertubi-tubi
3. Tusyug (langkah)
Langkah kira-kira ada 164 macam cara melangkah yang intinya ada 5 cara, yaitu :
a. geser
b. patah
c. lompat
d. putar
e. pilin
4. Sikla (pasangan)
5. Khimo (tipuan)
Khimo dibagi menjadi 5 jenis
a. khimo langkah
b. sikla khimo
c. khimo yang berbentuk jurus
d. khimo tangkisan
e. khimo senjata
6. Teknik pernapasan binatang buas
Ada 12 tingkat jenjang latihan yang berlaku di Thifan Po Khan.
Setiap tingkat memakan waktu sekitar satu tahun. Namun ada juga program
khusus, tergantung pada kemajuan murid. Pada program ini waktu bisa
lebih dipersingkat.
D. Ciri Khas Thifan Po Khan
Salah satu ciri khas beladiri Thifan adalah teknik pembelaan diri
yang selalu membiarkan lawan terlebih dahulu menyerang. Dengan demikian
gerakan lawan dapat diamati, apakah mematikan atau tidak, kemudian
teknik yang digunakan lawan tersebut digunakan untuk balik menyerangnya.
Untuk mencapai tahap kemampuan seperti tersebut di atas, ada dua hal pokok yang harus dimiliki :
1. Ketenangan
Ketenangan dapat dicapai jika dua unsur pokok dalam
diri manusia dapat dipadukan dengan selaras, yaitu Unsur Jasadiyah yang
terlatih dengan baik dan Unsur Ruhiyah yang terbina dalam pemahaman
aqidah yang shahih.
2. Kelincahan.
Kelincahan didapat dengan melatih teknik-teknik
yang ada dalam jurus-jurus Thifan secara tertib, disiplin dengan target
sesuai dengan jenjang tingkatnya.
Kaidah-kaidah yang terdapat dalam
Kitab Thifan Po Khan harus dilaksanakan sebagaimana adanya. Artinya,
tidak boleh menambah-nambah tanpa ilmu yang jelas karena dalam beladiri
kita bergerak menggunakan sistem otot, saraf, dan lain-lain.
Jadi
apabila salah bergerak, bukannya sehat yang didapat tetapi sebaliknya,
akan mengakibatkan sakit. Sebagai contoh, penyakit hernia dapat
diakibatkan oleh latihan pernapasan yang salah.
E. Tradisi Lanah-lanah Thifan Po Khan
Tradisi yang diajarkan di lanah-lanah atau lembaga pesantren dengan doktrin Thifan Po Khan, di antaranya adalah :
1. Tidak menyekutukan Allah, tidak percaya pada takhayul, khurafat, dan tidak berbuat bid'ah dalam syara.
2. Berusaha amar ma'ruf nahi munkar (mengajak berbuat kebajikan dan melarang berbuat kemungkaran).
3. Bertindak teliti dan tekun mencari ilmu.
4. Tidak menganut asas ashobiyah (kesukuan, atau kelompok).
5. Tidak menggunakan lambang-lambang, upacara-upacara, dan penghormatan-penghormatan yang menyalahi syara.
Adanya doktrin ini disebabkan karena pada hampir semua beladiri
terdapat paham agama/isme tertentu yang muncul dari adat/kepercayaan.
Beladiri ini adalah beladiri khas muslim yang diwakafkan untuk umat
Islam yang mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah.
F. Perkembangan di Indonesia
Pada masa Sultan Malik Muzafar Syah dari Kerajaan Lamuri yang hidup
sekitar abad ke-16 didatangkan pelatih-pelatih dari Turki Timur yang
kemudian disebarkan ke kalangan para bangsawan di Sumatera (dapat
dilihat dalam Kisah Raja-raja Lamuri/Raja Pasai).
Pada abad ke-18 Tuanku Rao dan kawan-kawan mengembangkan ilmu ini ke
daerah-daerah Tapanuli Selatan dan Minang, hingga tersebar ke Sumatera
bagian Timur dan Riau yang berpusat di Batang Uyun/Merbau. Kemudian,
sekitar tahun 1900-an ilmu ini dibawa oleh Tuanku Haji (Hang) Uding yang
menyebarkannya ke daerah Betawi dan sekitarnya.
Beladiri khas ini pun disebarkan oleh orang-orang Tartar ke pulau
Jawa sambil berdagang kain. Sedangkan di luar pulau Jawa lainnya ilmu
beladiri ini disebarkan oleh pendekar-pendekar lainnya sampai ke
Malaysia dan Thailand Selatan (Patani).
Masuknya Thifan ke pulau Jawa ada yang langsung dan tidak langsung.
Khususnya di Jawa Barat, Thifan Po Khan dikembangkan/diteruskan oleh
aliran Tsufuk atas bimbingan Ustadz A.D. El Marzdedeq.
Perlu diketahui, bahwa aliran Tsufuk ini muncul ketika masuknya
Thifan Po Khan ke Indonesia dengan sistem pengajaran dalam bentuk yang
tidak baku, disebabkan penyebarannya masih terbatas.
Karena besarnya animo kaum muslimin untuk mempelajari beladiri
Thifan Po Khan, maka aliran Tsufuk membentuk sistem pengajaran yang baku
tanpa meninggalkan kaidah-kaidah Thifan Po Khan yang benar.
Demikianlah sedikit uraian singkat tentang beladiri Shurul Khan Nie
Thifan Po Khan, penulis merasa uraian ini masih banyak kekurangannya,
walaupun demikian ada hal lain yang lebih pokok adalah bahwa tulisan ini
merupakan informasi tambahan wawasan bagi kaum muslimin di seluruh
penjuru tanah air.