(BAGAIMANA DAKWAH KAPMI TIMUR MENGAJARKAN AKU UKHUWAH)
Majulah sahabat mulia
Berpisah bukan akhir segalanya
Lepas jiwa terbang mengangkasa
Cita kita tetap satu jua 2x
(Untukmu Syuhada, Izzatul Islam)
Sebuah sms masuk “ Akh kita tengok ukh X. Beliau sakit dan dirawat di Rumah Sakit Rawamangun” Aku tertegun. Mana mungkin, pikirku. Selama ini fulanah kelihatan sehat – sehat saja. “Ok akh, sore ini kita ke sana. Ketemuan jam 4 sore ya.” balasku.
Sekitar jam 4 sore aku ketemu temanku. Sahabat seperjuangan di KAPMI. Kami Nabertemu di rumah beliau. Motor dikeluarkan dari rumahnya. Laju kencang motor menderu. Sekitar 15 menit, kami sampai di tujuan. Sebuah Rumah Sakit unik. Kecil tapi kelihatan bersih. Tangga ditelusuri dan sang bunda fulanah menyambut kehadiran kami.
Perasaanku berdebar. Ada rasa khawatir mendera. Sang akhwat pernah bercerita ingin bertemu denganku. Keluarga beliau ingin tahu apa itu KAPMI. Dari pengalamanku selama ini, para orang tua pengurusku sering mencemaskan anak mereka ikut KAPMI. Wajar jika akhirnya aku rada khawatir bertemu orang tuanya.
Tapi semua buyar seketika. Sang bunda menyambut hangat kehadiran kami berdua. Beliau mengajak kami menengok fulanah. Kami masuk ke dalam ruangan. Sungguh sulit dipercaya. Akhwat riang seperti beliau terlihat tampak pucat. Guratan di wajahnya tak bisa menyembunyikan sakitnya.
Terlibatlah kami dalam obrolan. Ada semangat muncul dalam kata-katanya. Tak ada keluhan. Meski sakit yang menderanya terlihat berat. Lambungnya pecah akibat suatu penyakit. Dan itu terjadi sejak lama. Aku menyayangkan tak ada teman yang bercerita. Aku pun sempatkan menghiburnya. Sebuah perkataan beliau mengagetkanku “ Akh gimana kabar teman-teman KAPMI? Kemarin ada beberapa ikhwan dan akhwat KAPMI menjenguk. Jangan khawatirkan ane, ane akan sembuh kok”. Heran saja, di tengah kondisinya yang memburuk. Ia sempat . menanyakan teman seperjuangan. Tak ada kerisauan akan sakit yang dideritanya. Meski aku sadar tentu sakit itu mempengaruhi fisik dan jiwanya. Tak ingin mengganggu waktu istirahatnya. Kami pun berpamitan.
Aktivitasku berjalan seperti biasa. Sampai suatu hari, sebuah sms mampir ke hpku” Akh kita ke rumah ukhit Inab sekarang. Beliau mau adakan pertemuan”. Aku pun segera meluangkan waktuku. Kami berkumpul di rumah beliau. Ada banyak wajah sedih menghiasi pertemuan. Aku baru tersadar, sakit ukhti Inab makin parah. Beliau harus diterbangkan ke kampungnya di Sulawesi. Kondisi hidupya makin kritis.Peluang hidupnya tak besar. Maka kedua orangtuanya berencana mengirimnya ke kampung halaman. Kabarnya beliau akan menjalani pengobatan alternatif. Mendung menyelimuti suasana pertemuan.
Sebuah suara membuyarkan suasana. Semua mata tertuju ke arahnya.
“Ane tahu sakit ini merepotkan banyak pihak. Ibu, ayah, adik, dan semua teman - teman Kalian semua banyak mengajarkan banyak hal. Kenangan indah baik suka duka banyak terukir. Ane punya satu permintaan. Ane minta teman - teman ikhwan menyanyikan lagu Izzatul Islam. Untukmu Syuhada”
Bergetarlah rumah beliau. Kami (para ikhwan KAPTIM) menyanyikan lagu Untukmu Syuhada. Air mata mengalir membasahi pipi. Jiwa seakan menolak hilangnya seorang sahabat. Kepergian itu menyisakan kenangan dalam. Dan bait lagu Untukmu Syuhada mengiringi kepergian beliau. Air mata tak mampu ku bendung saat syair didendangkan.
Tujuh awab bersuka ria
Sambut ruh suci menuju Rabb-Nya
Sahabat nantikan hadir kami
Kan menunggumu sekejap lagi
Sekitar sebulan menjelang UN.
Saat itu sedang berlangsung rapat di Pembangunan. Aku dikejutkan ketika ada suara hadir. Intonasi suara yang tak asing. Suara itu riang terdengar. Seketika aku bertanya “ Ada sapa ya ukh, sepertinya ada yang di tempat akhwat”kataku. “ Iya akhi, Ukhti Inab sudah dating lagi”jawab akhwatnya. Kami (para ikhwan) seakan tak percaya. Bagaimana mungkin, beliau sudah divonis waktu hidupnya tak bertahan lama. Tapi begitulah Allah menampakkan takdirnya. Beliau kini kembali, kondisinya sehat.
Kegembiraan makin menyelimuti diri ini. Saat pengumuman UN beliau termasuk yang lulus. Saat itu memang berkah bagiku. Semua pengurus KAPMI Timur lulus dai lubang jarum. Lubang menakutkan bernama Ujian Nasional. Kami pun mendapat informasi beliau mendapat keringanan mengikuti tes UAS. Sebuah kejutan Allah berikan untuk aku dan teman-teman pengurus KAPMI Timur.
Sebuah kenangan manis. Ada perjalanan hikmah terukir. Sebuah bab tentang ukhuwah. Begitu indah. Semua membuat aku tersadar. Aku tak sendiri dalam berjuang. Teman-teman pengurus siap berjuang bersamaku. Terima kasih ukhti, kau ajarkan keindahan ukhuwah.
by: Inggar (Alumni KAPMI Daerah Jakarta Timur)