.

.

Selasa, 03 Juni 2014

Sudah Layak-kah Kita Disebut Sebagai Pemakmur Masjid

Menara Masjid Al-Hurriyyah IPB, Bogor
“Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka (17) Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk (18)” (Q.S. At-Taubah : 17-18) 

 Mendengar dan melihat ayat ini, sungguh begitu menusuk sangat dalam diri kita. Bahwasannya, sudahkah kita layak disebut sebagai “pemakmur masjid”?

Berikut beberapa indikator yang dapat saya sampaikan untuk dapat disebut sebagai Pemakmur Masjid. Dan ini akan berimplikasi kepada manajemen pemakmuran masjid.

1. Beriman Kepada Allah dan Hari Kemudian
 Kita semua mengetahui apa itu arti kata iman, yaitu meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan melakukan dengan perbuatan. Mereka tak ragu-ragu untuk menyatakan keimananya kepada Allah dan Hari Kemudian. Lebih hematnya, mereka “Bangga Disebut Sebagai Seorang Muslim”. Melakukan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Tanpa Ragu sedikitpun.

2. Mendirikan Sholat
Mendirikan sholat tidak sama hal nya dengan melaksanakan sholat. Melaksanakan sholat adalah sekedar menunaikan kewajiban saja. Namun mendirikan sholat, lebih mendalam dari hal tersebut. Kita dapat membaginya menjadi 3 bagian mendirikan sholat.

a) Sebelum Sholat
Banyak diantara kita yang menyepelekai masalah ini. Ketika adzan berkumandang, bahkan hati kita masih terbesit pada hal-hal duniawi. Tidak langsung respect terhadap panggilan Allah yang suci ini. Mayoritas diantara kita, berangkat menuju masjid untuk sholat berjamaah ketika iqomah dikumandangkan. Dengan berbagai macam kesibukan duniawi dan menunda-nunda waktu. Bahkan tak sedikit diantara kita, ketika melakukan rapat dan acara dan membentur waktu sholat, maka dibiarkan saja. Melewati waktu sholat dan “menganak tirikannya”. Memang seberapa besar acara kita? Bukankah Allah masih lebih besar dari acara kita? “Sebesar-besarnya acara yang kita buat, masih lebih besar Allah diatas segalanya”. Dan yang sangat mirisnya, ketika kita sedang berada di lingkungan masjid (misal : asrama masjid, aula, tempat rapat, dsb), terlalu memudahkan panggilan adzan ini. Allahummaghfirlana

b) Ketika Sholat
Ketika sholat tiba, masih banyak diantara kita yang belum bisa memfokuskan fikiran dan hati. Menggapai sholat khusu yang dicontohkan Rasulullah itu sangat sulit. Kita harus meninggalkan hal-hal duniawi yang terus membisikan hati ketika sholat tiba. Bahkan tak jarang diantara kita ketika sholat berjamaah ingin dilihat orang yang sholeh. Astaghfirullah. Jaga hati, jaga fikiran dan sholat khusu seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah.

c) Setelah Sholat
Hal ini pun sering dilupakan oleh kita. Pasca melakukan sholat, banyak diantara kita yang segera bergegas untuk mengejar hal duniawi. Segera kabur, dzikir lewat gadget, sms, lihat WA, lihat twitter dsb. “Berdzikir dengan HP”. Bagus seandainya kita memanfaatkan teknologi untuk mendekatkan diri di hadapan Allah. Tapi jika melalaikan kita, sungguh sangat tercela apa yang kita lakukan. Bagi seorang pendiri sholat, layaknya dia mengamalkan sholatnya. Mengimplementasikan terhadap kegiatan sehari-hari. Dengan begitu, maka insyaAllah sholat akan mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dan tahukah kita bahwa Sholat ini yang menjadi indikator amalan seseorang di hari akhir nanti? Jika baik sholat nya, maka insyaAllah semua amalnya akan baik pula

3. Menunaikan Zakat
 Zakat adalah salah satu rukun Islam yang sudah familiar kita dengar sejak kecil. Bahkan telah kita hafal sejak kecil. Ingatkah kita pada Zaman Kholifah Umar Bin Abdul Aziz ketika penduduknya tak ada satupun yang mau menerima zakat? Karena penduduknya sudah sangat makmur dan berkecukupan. Bahkan sangat sulit untuk memberikan zakat kepada yang membutuhkan pada zaman itu. Maka tak heran, Umar Bin Abdul Aziz disebut sebagai Kholifahurrasyidin yang ke-5. Zakat sebagai indokator makmurnya sebuah negeri. Lalu, apakah kita sudah membiasakan diri untuk berzakat? Atau bersedekah secara rutin?

4. Tidak Takut Selain kepada Allah
Layaknya seorang muslim adalah mereka yang mengutamakan hak Allah diatas segalanya. Dalam implementasi kehidupan sehari-hari, mereka menjadikan Islam sebagai “Way to Life”. Karena dengan begitu, mereka merasa sangat nyaman menjalani kehidupan dunia ini yang penuh dengan tipu daya dunia. Mereka meyakini bahwa “amar ma’ruf nahi munkar” adalah bagian dari jalan hidup mereka. Ketika melihat kezoliman, mereka bergegas dengan tindakan, harta atau hati mereka untuk menyingkirkan debu-debu kezoliman itu. Jika ada yang membuat kebisingan dan menganggu jamaah di masjid, mereka langsung respect to system, people, and time untuk memberi pelayanan di masjid. Mengatakan yang benar adalah benar dan salah adalah salah. Namun dengan cara yang hikmah dan perkataan baik. Jika sudah tak bisa dibicarakan dengan cara baik, maka mereka akan bergegas dengan metode yang lebih dari itu. Karena hakikatnya kita adalah penyeru, bukan sang hakim yang layak menghakimi.

Itulah beberapa indikator sebagi pemakmur masjid. Jika indikator-indikator itu dijalani dengan baik, insyaAllah sistem manajemen masjid dan apapun kegiatan di masjid akan terlaksana dengan baik. Karena hikmah dari beberapa indikator diatas adalah melatih dan mempertahankan keimanan, menjaga waktu, menjaga perasaan orang, belajar untuk berani mengatakan hal yang benar, berbagi, saling peduli dan banyak yang kita dapat jika kita menjalani indikator-indikator diatas dengan sungguh-sungguh.

Tentunya penulis disini masih sangat jauh daripada hal yang diharapkan. Penulis khususnya mengingatkan kepada diri sendiri dan kita semua agar bisa menjadi pemakmur masjid yang idel. Dan insyaAllah, maka Allah akan menurunkan keberkahan kepada siapa yang Dia kehendaki.


Asrama Al-Hurriyyah
Siang Hari yang Membara
3 Juni 2014 | 14.03

0 komentar:

Posting Komentar

Iklan

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites