Entah mengapa seringkali aku begitu emosional. Sehingga nalar kadang tak pernah dipertimbangkan. Begitupun saat kubuka Buku itu: Al Qur’an, untuk yang sekian kalinya. Bahkan akupun lupa sudah berapa kali aku menghatamkannya. Atau belum sama sekali jangan-jangan. Ramadhan-ramadhan kulalui bersamanya dengan bahagia tanpa kutahu kitab apa sebenarnya yang ku baca. Apakah ia buku sains, sejarah, atau kitab hukum. Entahlah. Semuanya mengalir begitu saja. Semenjak dulu di surau dengan nyala lampu redup aku membacanya penuh syahdu sekaligus rindu akan terulangnya kembali waktu itu. Barangkali itu adalah episode terbaik dalam serial hidupku.
Kubaca ayat demi ayat tanpa
mengerti betul apa yang aku baca selama ini. Tanpa faham benar seberapa dahsyat
ayat-ayat itu. Aku hanya membacanya bak rutinitas. Hingga aku sampai pada satu
sore dimana aku merasa ada yang aneh dengan perasaanku saat menyentuhnya. Perasaan
yang sama sekali berbeda dengan saat-saat sebelumnya. Aku tak tahu harus
menyebut apa jenis perasaan itu. Tiba-tiba saja aku ingin berteriak
sekeras-kerasnya. Atau bahkan ingin menjerit sekencang-kencangnya. Andai ini
adalah hutan belantara, mungkin aku telah melakukannya. Namun, setelah beberapa
detik, aku menyimpulkan bahwa barangkali aku benar-benar telah bosan membaca Al
Qur’an.
Aku bosan. Aku bosan dengan Al
Quran yang hanya dibaca berulang-ulang di masjid-masjid. Di ma’had-ma’had. Namun dunia
tetap saja kelabu. Aku ingin perubahan. Perubahan yang memang nyata ada di
bumi. Bukan nanti di negeri akhirat. Aku yakin, Al Quran diturunkan untuk
merubah kondisi kelam Bumi ini. Hari ini, bukan nati-nanti. Aku yakin al Quran
turun bukan hanya untuk dibaca yang kadangkala disamakan dengan mantra. Aku Yakin
Al Quran turun untuk disentuhkan dengan realitas. Untuk bertarung di arenanya.
Agar ia menang. Agar ia menjadi nyata. Bukan lagi konsep. Benar memang aku
bosan dengan Al Qur’an yang hanya dibaca, sebab aku rindu dengan Al Qur’an yang
menjelma realita.
Dan kerinduan itu sudah sampai
pada tahap yang menggila. Aku rindu generasi Qur’ani itu bangkit kembali dari
kubur. Reborn! Suatu generasi di hari ini yang merupakan kloning generasi
pertama islam. Mereka adalah orang-orang yang membaca Al Qur’an hanya untuk
satu tujuan, bukan untuk ikut MTQ, bukan untuk dapat syahadah. Bukan untuk
lulus sekolah. Bukan. Bukan itu. Satu tujuan itu adalah mengamalkannya. Menerapkannya
dalam realitas hidup mereka. Menginstalnya dalam sistem kemasyarakatan mereka.
Aku benar-benar rindu Al Quran ini hidup kembali. Berjalan di pasar-pasar.
Berjalan di Kampus-kampus. Berjalan di gedung-gedung dewan! Berjalan di barak-barak
militer! Terbang di angkasa. Dan Berlayar di samudera!
http://www.syubhantriyatna.com/
0 komentar:
Posting Komentar